REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Museum Penerangan (Muspen) yang terletak di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, tahun ini menargetkan kunjungan 70 ribu sampai 80 ribu pengunjung. Untuk mencapai target tersebut, Kepala Muspen Abdullah menggenjot jumlah pengunjung, ia menggaet sejumlah agen travel, dan asosiasi kepariwisataan di Jawa Barat.
Sebagai langkah awal, Muspen yang merupakan bagian dari Direktorat Jendral Informasi Dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan sosialisasi dengan menggelar Travel Dialog "Ayo ke Muspen!" Potensi Wisata Edukasi melalui Museum, di Hotel Grand Tebu Kota Bandung, Selasa (26/2).
Saat itu hadir 50 agen travel yang ada di Jawa Barat, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Indonesian Tour Leaders Association (ITLA), Asosisasi Museum Indonesia Daerah Jawa Barat (AMIDA JABAR), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Asep Kambali (Ketua Komunitas Historia Indonesia) dan Duta Museum Penerangan.
Menurut Abdullah, jumlah pengunjung Museum Penerangan pada 2018 berjumlah 63.591 orang. Jumlah tersebut mencakup rombongan yang dibawa oleh beberapa agen travel diberbagai kota di pulau Jawa.
"Untuk tahun ini kami targetkan kunjungan 70 ribu-80 ribuan pengunjung pada tahun 2019 ini, "kata dia di sela Travel Dialog "Ayo ke Muspen!" Potensi Wisata Edukasi melalui Museum, Selasa 26 Februari 2019 di Hotel Grand Tebu Kota Bandung.
Hal itu, kata dia, sangat realistis mengingat sejumlah upaya yang telah mereka lakukan yaitu dengan melakukan revitalisasi museum selama tiga tahun ini yang dimulai sejak 2018 hingga 2020 mendatang.
Pada 2018, kata dia, pihaknya lebih fokus pada lantai 1 Ruang pameran. Penataan ruang pameran yang sebelumnya koleksi dengan captionnya dengan penjelasannya tapi sekarang lebih kepada perkembangan sejarah layanan informasi dan komunikasi.
"Itu eranya periodesasinya hari kemerdekaan sampai dengan saat ini saat ini. Tapi saat ini di era setelah Departemen penerangan bubar adalah lembaga informasi nasional dan kementerian kominfo itu ada di lantai 1," paparnya.
Pada lantai 2, kata dia, pihaknya pun menyajikan capaian program kominfo dengan digital domain. Di dalamnya terdapat virtual reality, video mapping, dan augmented reality lebih kepada media interaktif digital.
"Setidaknya pengunjung akan mendapatkan pengalaman baru tentang perkembangan teknologi sekaligus juga sarana edukasi,"katanya.
Melalui travel dialog tersebut, kata dia, pihaknya ingin mempertahankan dan meningkatkan pengunjung. Selain itu juga, untuk menerapkan paradigma museologi baru yang bergerak maju dan membuka diri kepada pengunjung. Muspen juga ingin mengedukasi para agen travel tentang pentingnya wisata edukasi museum dan apa saja potensi yang bisa dikembangkan dari tur ke museum.
Sebetulnya, kata dia, Muspen mengarah pada museum inklusif. Yakni, museum-museum yang lebih interaktif yang ramah terhadap pengunjung dan edukatif.
"Jadi ke depannya muspen itu museum yang edutainment edukasi juga tapi ada Entertainmentnya juga. Makanya di lantai dua lebih kepada digitalnya," katanya.
Terkait dengan skema kerja sama dengan sejumlah pihak seperti travel agen dan juga Asita, menurut Abdullah, pihaknya masih akan merumuskannya. Saat ini, pihaknya baru sebatas sosialisasi untuk mengunjungi ke Muspen.
Sementara menurut Kepala UPTD Pengelolaan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Casmadi, pertemuan antara travel agen dengan museum sangat penting. Karena, untuk menentukan rencana ke depan bagaimana agar museum semakin dikenal masyarakat.
Museum pun, kata dia, jangan hanya dipandang sebagai penyimpanan barang antik. Tapi menjadi kerangka berpikir untuk membuat sesuatu yang lebih maju. "Sehingga perlu memikirkan bersama bagaimana museum ke depan,” katanya.
Di sisi lain, kata dia, museum juga harus terus berbenah agar lebih disukai generasi milenial. “Mana mungkin anak milennial mau kenal museum, kalau tidak ada program yang menarik. Makanya perlu dipikirkan bagaimana agar aspek edukasi lebih ditonjolkan,” ujarnya.