Rabu 27 Feb 2019 04:45 WIB

Pikir Berkali-kali Sebelum Ajukan Pinjaman

Debitur harus mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum mengajukan kredit.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Teresa Ratih Wahyuningtyas berpendapat maraknya fenomena masyarakat yang meminjam uang lewat fintech peer-to-peer lending belum tentu menunjukkan karakter masyarakat yang konsumtif. Perlu ada penelitian khusus dan tidak mudah untuk mengeneralisasinya. 

"Begitu juga untuk mengatakan apakah masyarakat Indonesia mudah tergiur mendapatkan uang cepat atau tidak, perlu ada penelitian yang komprehensif. Kita juga perlu melihatnya kasus per kasus," kata Teresa kepada Republika.co.id, belum lama ini. 

Baca Juga

Untuk dikatakan konsumtif, perlu dilihat apakah peminjaman uang tersebut digunakan untuk membeli barang yang memang dibutuhkan atau tidak. Menurutnya perlu juga dilihat motivasi atau alasan peminjaman uang. Apakah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dasar (basic needs) seperti makanan dan tempat tinggal atau untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) seperti merasakan mendapatkan penghargaan dari orang lain ketika memakai barang merk tertentu.

Keinginan untuk memiliki barang tertentu pun dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Salah satunya menggunakan istilah konformitas. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

"Bisa jadi seseorang karena ingin diterima oleh kelompoknya misalnya teman sebaya, jadi ingin memiliki pakaian merek tertentu atau handphone merek tertentu," ungkap alumnus magister profesi psikologi klinis dewasa Universitas Indonesia ini.

Paparan informasi yang semakin terbuka juga membuat seseorang mudah mendapatkan informasi mengenai tren barang terbaru. Sehingga, timbul keinginan untuk memilikinya. Dengan adanya peminjaman uang melalui aplikasi daring keinginan itu jadi semakin terfasilitasi. Salah satunya adalah alasan kemudahan dan kecepatan. 

Seperti diketahui syarat-syarat peminjamannya cenderung lebih mudah dibandingkan metode peminjaman yang lain misalnya melalui bank. Aplikasi kredit daring juga menjanjikan proses pencairan uang lebih cepat. Iklan mengenai metode peminjaman ini pun banyak ditemui salah satunya melalui SMS. Oleh karena itu orang banyak terpapar dengan informasi peminjaman daring. Kondisi demikian membuat orang memiliki persepsi tertentu mengenai peminjaman daring yaitu mudah dan cepat.

Seseorang juga dapat memutuskan meminjam uang secara daring karena adanya faktor belajar. Pembelajaran bisa berasal dari pengalaman orang lain yang sebelumnya berhasil dan lancar meminjam uang. Pembelajaran juga dapat bersumber dari pengalaman orang itu sendiri sebelumnya yaitu pernah meminjam dan tidak ada masalah.

Sejatinya keinginan untuk meminjam uang secara cepat dapat diatasi dengan pola pikir tertentu. "Hal yang perlu diingat ketika akan meminjam uang adalah motivasi meminjam. Apakah untuk memenuhi sesuatu yang sifatnya kebutuhan (needs) atau keinginan (wants)," terang Teresa.

Jika ditinjau dari arti katanya, kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Sedangkan keinginan lebih terkait dengan hasrat yang timbul. Ketika tidak terpenuhi maka tidak akan memengaruhi kesejahteraan atau kelangsungan hidup. Untuk dapat menahan dorongan untuk meminjam uang, perlu dilihat apakah hanya sekedar memenuhi keinginan dan ternyata tidak dibutuhkan.

Sebelum meminjam uang ada beberapa hal yang perlu diingat, baik untuk meminjam uang dari aplikasi daring atau juga metode yang lain. Pertama carilah informasi yang detil dan lengkap terutama mengenai persyaratannya. Di antaranya adalah kewajiban yang harus dijalankan seperti bunga, tenor, serta legalitas lembaga peminjaman uang. Jika tidak yakin, tidak ada salahnya untuk bertanya pada beberapa sumber.

Kedua, perlu perencanaan untuk mengetahui apakah peminjam mampu melunasi atau tidak. Ketiga, untuk mengubah persepsi awal mengenai peminjaman daring (mudah dan cepat) lihatlah pengalaman orang lain yang kurang berhasil. "Misalnya bagaimana proses penagihannya sehingga persepsi kita bisa lebih berimbang," jelas associate assessor di berbagai biro psikologi tersebut. 

Keempat, diskusikan dengan orang lain sebelum meminjam uang misalnya pasangan. Hal ini untuk membantu agar lebih objektif dalam mengambil keputusan. "Selain itu ingatlah seseorang meminjam uang salah satunya adalah untuk membantu menyelesaikan permasalahan. Namun jangan sampai pada akhirnya menimbulkan permasalahan baru," pungkasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement