REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Kelompok Taliban mengomentari eskalasi terbaru antara India dan Pakistan. Menurut mereka, ketegangan India dengan Pakistan dapat merusak proses perdamaian Afghanistan.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid meminta India tidak melanjutkan serangan ke wilayah Pakistan. "Kelanjutan konflik semacam itu akan berdampak pada proses perdamaian Afghanistan," katanya pada Rabu (27/2), dikutip laman Anadolu Agency.
Pernyataan Mujahid mengacu pada serangan udara yang dilakukan India di wilayah Kashmir pada Selasa (26/2). New Delhi mengumumkan telah membombardir basis teroris yang berada di Garis Kontrol Kashmir atau Line of Control (LoC).
India mengklaim serangan tersebut berhasil menewaskan sedikitnya 200 milisi atau teroris. Pakistan mengonfirmasi tentang adanya serangan di wilayah Kashmir.
Namun Islamabad menyatakan serangan tersebut tak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa. "Pesawat India melepaskan muatan dengan tergesa-gesa saat melarikan diri yang jatuh di dekat Balakot. Tidak ada korban jiwa atau kerusakan," ujarnya.
Balakot adalah sebuah kota di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan. Ia berjarak sekitar 50 kilometer dari Garis Kontrol Kashmir.
Dua jet tempur India kembali memasuki wilayah Garis Kontrol Kashmir pada Rabu. Pakistan mengatakan telah menembak jatuh dua jet tersebut.
"Hari ini Angkatan Udara Pakistan menembak jatuh dua jet India di Garis Kontrol dalam wilayah udara Pakistan," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan. Seorang pilot India ditangkap pascakejadian tersebut.
Eskalasi antara India dan Pakistan dipicu oleh insiden bom bunuh diri di Pulwama, Kashmir, dua pekan lalu. Insiden itu menyebabkan sedikitnya 44 tentara India tewas.
Kelompok Jaish-e-Mohammad (JeM) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kendati demikian, India menuding Pakistan terlibat dalam merancang serangan di Pulwama.
Tudingan itu seketika memperuncing hubungan antara kedua negara. India dan Pakistan diketahui telah memanggil pulang duta besarnya masing-masing.