Rabu 27 Feb 2019 19:32 WIB

Pedagang Buku Bekas Keluhkan Omzet Turun karena E-Commerce

Penurunan omzet penjualan buku bekas mencapai 50 persen.

Calon pembeli melihat buku bekas yang dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (27/2).  (Republika/Yasin Habibi)
Calon pembeli melihat buku bekas yang dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (27/2). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan buku bekas di Pasar Senen, Jakarta Pusat, terkena imbas perkembangan sektor e-commerce atau jual beli berbasis online. Penurunan omzet penjualan buku mencapai 50 persen dari kondisi sebelumnya.

Salah seorang pedagang Arif Situmorang mengatakan masuknya sektor e-commerce di Indonesia yang menawarkan banyak kemudahan memberi dampak terhadap turunnya penjualan di toko miliknya. "Sebelum zamannya online, musim mahasiswa bisa 100 buku sehari, sekarang bisa berkurang sampai 50 persen," ujar Arif.

Baca Juga

Menurut Arif, para pembeli kini cenderung memilih berbelanja menggunakan media e-commerce karena harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan berbelanja langsung di toko-toko permanen. "Online menjatuhkan harga. Kadang pembeli berpatokan di online, jadi merusak harga pasaran," kata dia.

Dampak ramainya penjualan berbasis elektronik juga dirasakan Sinambela (48 tahun) dan Arwan (59). Sinambela menyebutkan penjualan online menyebabkan penjualan turun lebih dari 50 persen.

"Dulu biasanya kalau hari biasa bisa jual 20 buku per hari. Sekarang tiga sampai lima buku saja sehari. Pembeli sepertinya tidak mau capai," ujar Sinambela.

Arwan bahkan menyebutkan penurun penjualan akibat ramainya e-commerce mencapai 90 persen.

"Dulu sih sesepi-sepinya laku 10 buku sehari, sekarang dalam seminggu tidak laku sama sekali sudah biasa," kata Arwan.

photo
Calon pembeli melihat buku bekas yang dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat. (Republika/Yasin Habibi)

Meski begitu, Arwan juga mengikuti tren online dengan membuka akun di sejumlah e-commerce, seperti Bukalapak dan Tokopedia. "Mau nggak mau harus diikuti (tren online). Mana tahu ada yang nyangkut," ujar dia.

Tidak hanya Arwan, Arif juga memiliki akun di Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Dia bahkan menyebutkan pembeli online lebih banyak dibanding offline. "Larinya ke online, 70 persen lebih banyak," kata dia.

Tak hanya buku bekas, Arif juga menjual buku baru yang dia dapat langsung dari penerbit atau agen di lapak online miliknya. Meski penjualan secara online lebih laris, Arif masih berjualan secara offline karena ingin mempertahankan toko milik ayahnya yang telah mulai berjualan sejak 1981.

"Kalau saya di sini mulai 2010. Mempertahankan jualan di sini juga supaya langganan yang dulu bisa mampir ke sini," ujar Arif.

Deretan toko buku bekas Senen tidak sepenuhnya ditinggal pembeli. Mahasiswa Hubungan Internasional di salah satu Universitas di Jakarta, Ishac Sebtra (19) misalnya, masih setia bekunjung.

"Setiap semester baru ke sini beli buku karena lebih murah dari toko buku besar. Selisihnya bisa sampai Rp 10 ribu, dan banyak buku yang tidak ada di toko buku besar ada di sini," kata Ischac.

"Saya juga lebih memilih beli buku offline soalnya saya kurang percaya dengan yang online," ujar dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement