REPUBLIKA.CO.ID, Akibat kebakaran besar, Ali yang merupakan salah seorang warga RT 11/RW 07, Kelurahan Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, harus menelan kesedihan mendalam. Warung kelontong yang menjadi mata pencariannya selama ini musnah setelah ditelan si jago merah, Selasa (26/2) pagi.
Kebakaran itu menelan habis 43 rumah di RT 07, RT 08, RT 10, dan RT 011 yang masuk dalam wilayah administratif RW 07 Kelurahan Krukut. Kebakaran diduga berasal dari rumah salah seorang warga, Yus. Api dan ledakan akibat tabung gas juga diduga terdengar dari rumah tersebut.
Tampak pada Rabu (27/2) siang, Ali mengais-ngais abu sisa kebakaran di warungnya. Dibantu istri dan anaknya, Ali hanya bermodalkan sebuah sekop kecil.
Beberapa tetangga dan anak-anak sekolah yang kebetulan melintas ikut menonton karena penasaran. Bahkan, seorang bocah ikut membantu Ali membongkar puing bangunan dengan tangan kosong, masih dengan mengenakan baju pramuka.
Setelah kurang lebih satu jam mengais, Ali akhirnya menemukan barang yang ia cari. Diambilnya sebuah gulungan hitam kecil, kemudian diletakkannya barang itu ke dalam ember tersebut. "Ini uang saya," kata Ali.
Ia kemudian menunjukkan sejumlah uang pecahan Rp 50 ribu yang telah terbakar sebagian. Uang-uang itu terbakar di kedua sisinya, tetapi bagian tengahnya masih utuh dan masih terlihat jelas gambar pahlawan Ir Djuanda Kartawidjaja. "Jumlahnya tiga juta rupiah ini," ujar Ali sembari membolak-balik uang tersebut.
Ali kemudian bercerita bahwa bangunan yang terbakar itu merupakan warung kelontong miliknya. Sehari-hari ia menjual bahan-bahan pokok seperti kebanyakan warung lainnya.
Bangunan itu memang tidak terlalu luas dengan ukuran kira-kira 3 x 4 meter. Di tembok belakang, masih terlihat sisa ukiran bangunan. Fondasi bangunan masih berdiri tegak, tetapi sudah menghitam akibat kebakaran.
Ali yang hari itu mengenakan peci dan kopiah mengatakan uang tiga juta itu akan digunakan sebagai modal untuk warungnya. Uang itu akan dibelanjakan barang-barang sembako untuk kemudian dijual kembali.
Selain kehilangan uang tersebut, Ali juga harus merelakan ponselnya ikut terbakar dalam peristiwa itu. Sambil menunjukkan ponselnya yang sudah hangus, Ali bercerita bahwa ponsel itu juga menjadi sumber rezeki baginya. "HP ini saya pakai buat jualan pulsa," ujar Ali.
Meski harus kehilangan harta benda, Ali mengaku pasrah. Walau di tengah kesulitan, ia masih bisa bersyukur dirinya dan keluarganya selamat dari kebakaran itu. "Alhamdulillah selamat semuanya," kata Ali yang kemudian diamini oleh istrinya.
Selepas kebakaran tersebut, petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) mulai membersihkan lokasi pada Rabu (27/2) pagi. Sementara itu, pada Rabu (27/2) siang tercatat 450 jiwa mengungsi dan 43 rumah terbakar. Sebanyak 450 jiwa itu terbagi ke dalam 94 KK.
Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, sejumlah petugas PPSU gabungan dari Kelurahan Krukut dan Dinas Lingkungan DKI Jakarta terlihat mengangkut puing sisa kebakaran ke dalam truk sampah. Selain itu, beberapa warga juga terlihat membersihkan rumah mereka dari puing-puing kebakaran.
Saat ini, warga diungsikan ke dua tenda pengungsian dari Dinas Sosial DKI Jakarta. Tenda pengungsian didirikan tidak jauh dari lokasi kejadian. Ketua RT 11, Sandi, yang juga menjadi korban, mengatakan, sebanyak 11 rumah terbakar dan tiga rumah di wilayah RT 11 mengalami kerusakan ringan akibat peristiwa tersebut.
"Tadi sudah ada pendataan untuk surat-surat warga yang rusak," kata Sandi. Ia berharap pemerintah berkenan memberikan bantuan material agar warga dapat membangun kembali rumahnya. "Harapannya sih ada bantuan material dari pemerintah," kata Sandi.
Lurah Krukut Agus Setiawan yang ditemui saat sedang meninjau TKP mengaku pihaknya telah mendata jumlah bantuan yang dibutuhkan. Pihaknya sudah menginventarisasi untuk bantuan anak sekolah seperti ukuran sepatu, seragam, dan juga tas sekolah.
Agus menambahkan, untuk selanjutnya pihaknya akan membantu warga terkait pembuatan surat dan dokumen penting yang rusak akibat kebakaran tersebut. Ia akan membantu warga untuk pembuatan dokumen yang terbakar.
Namun, Agus melanjutkan, tidak ada bantuan ganti rugi dari pemerintah untuk warga yang terdampak. "Bantuan ganti rugi tidak ada karena kan ini bukan bencana besar ya," kata Agus.