REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meminta maaf itu sulit karena didahului dengan pengakuan akan kesalahan-kesalahan diri. Demikian pula dengan memaafkan. Kadang kala, kilasan-kilasan ingatan tentang perbuatan buruk yang menimpa diri datang, sehingga tertunda kesempatan memaafkan.
Rasulullah SAW merupakan contoh terbaik dalam hal memaafkan. Sebagai contoh, ketika atas izin Allah SWT beliau akhirnya menguasai Makkah. Bertahun-tahun sebelumnya, beliau dan para pengikutnya mengalami persekusi dan bahkan siksaan mengerikan hanya karena mempertahankan akidah tauhid.
Puncaknya, mereka mesti hijrah ke Yastrib (lalu menjadi Madinah al-Munawarah). Kira-kira 10 tahun lamanya Rasulullah SAW sebagai pemimpin agama dan politik mengonsolidasi kekuatan di kota tersebut. Akhirnya, pembebasan Makkah (Fathu Makkah) terjadi.
Kini, kaum musyrikin Quraisy yang berada di posisi inferior. Mereka itulah yang telah menyakiti Rasulullah SAW. Banyak di antara mereka juga telah membunuh orang-orang yang beliau SAW cintai.
Bahkan, dikisahkan ketika Rasulullah SAW dan pasukannya memasuki Makkah, ada seseorang yang menatap beliau SAW dengan raut muka ketakutan. Begitu melihatnya, Nabi Muhammad SAW pun bersabda kepadanya, “Janganlah engkau takut, sesungguhnya aku adalah anak seorang perempuan Quraisy yang makan dendeng di Makkah.”
Sewaktu dalam posisi kemenangan, Rasulullah SAW justru merangkul orang-orang yang dahulunya berbuat jahat kepada diri dan umatnya. Dalam kesempatan itu, beliau SAW berkata kepada penduduk Makkah, “Apa yang akan aku katakan dan lakukan menurut perkiraan kalian?”
Mereka menjawab, “Engkau adalah saudara kami yang pemurah dan putra paman kami yang penyayang.”
Beliau SAW kemudian bersabda, “Aku akan melakukan apa yang dilakukan saudaraku, Nabi Yusuf.”
Sebagaimana diceritakan dalam Alquran, yakni ketika akhirnya Nabi Yusuf mengungkapkan jati dirinya kepada saudara-saudaranya di istana Mesir. Nabi Yusuf memaafkan mereka, padahal mereka-lah yang dahulu sudah tega membuangnya ke dalam sumur; menjauhkannya dari ayahanda tercinta, Nabi Ya’qub AS
Doa Nabi Yusuf diabadikan dalam Alquran surah Yusuf ayat ke-92. Artinya, “Dia (Yusuf) berkata: ‘Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”
Mendengar pernyataan Nabi SAW itu, maka lega hati orang-orang Makkah. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan suka cita. Lepas sudah gundah-gulana. Justru yang terjadi, mereka seluruhnya kemudian memeluk Islam.
Tentang sifat pemaaf ini, simaklah hadits Rasulullah SAW berikut, sebagaimana dimuat dalam Sahih Muslim.
“Ada tiga hal yang barangsiapa terdapat padanya tiga hal itu, (maka) dia akan dilindungi oleh Allah, dan Allah akan merahmatinya dan akan memasukkan ke surga-Nya, yaitu (1) bila dia diberi, dia bersyukur, (2) bila dia mampu melakukan pembalasan, dia memberi maaf, dan (3) bila ia marah, surut amarahnya."