Jumat 01 Feb 2019 05:50 WIB

Kemendag Tingkatkan Promosi Genjot Target Ekspor 2019

Perlu akselerasi ekspor produk manufaktur Indonesia untuk meningkatkan ekspor.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai ekspor Indonesia pada Januari 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2018 dan Januari 2018. Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ari Satria mengatakan akan meningkatkan promosi untuk menggenjot target ekspor tahun ini. 

"Intinya hanyaupaya promosi yang bisa kita lakukan. Kalau dilihat, sebenarnya kondisi pasar dunia itu nggak jelek-jelek amat," kata Ari usai Seminar Perdagangan Nasional di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (28/2).

Dia mengatakan masih banyak faktor positif untuk meningkatkan ekspor tahun ini meski saat sini sedang mengalami penurunan. Ari menegaskan untuk selanjutnya pelaku ekspor hanya perlu memanfaatkan pasar saja dan jangan sampai kalah dengan negara pesaing. 

Ari menjelaskan target ekspor dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun ini sebesar tujuh sampai sembilan persen. Meski pada Januari 2019, ekspor Indonesia sudah turun namun Ari masih optimistis target tersebut dapat tercapai pada akhir 2019. 

"Optimis ya, karena ini masih bulan-bulan pertama. Para importir biasanya kalau masih di area Januari memang di luar negeri masih libur musim dingin. Biasanya setelah musim panas mulai meningkat," ungkap Ari.

Untuk meningkatkan ekspor, Ari mengatakan saat ini perlu akselerasi ekspor produk manufaktur Indonesia. Hal tersebut menurutnya harus didukung dengan sinergi antara pemerintah dan swasta dengan membuat road map pengembangan industri manufaktur nasional. 

Awal tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Januari 2019 mencapai 13,87 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 3,24 persen dibandingkan Desember 2018. Sementara jika dibandingkan bulan yang sama pada 2018, nilai ekspor Indonesia juga mengalami penurunan hingga 4,7 persen. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement