REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kalangan pedagang kebutuhan pokok di Kota Banda Aceh menyebutkan daya beli masyarakat menurun sejak dua bulan terakhir. "Daya beli masyarakat sekarang ini luar biasa turun. Kami tidak tahu kenapa. Mungkin karena masyarakat tidak ada uang atau alasan lain," kata H Ramli, pedagang kebutuhan barang pokok, di Banda Aceh, Kamis (28/2).
Ramli menambahkan turunnya daya beli masyarakat terjadi sejak Januari 2019. Namun, turunnya daya beli tersebut semakin parah sepanjang Februari 2019.
Pemilik usaha dagang Istana Telur tersebut mengatakan turunnya daya beli masyarakat tersebut menyebabkan persediaan barang kebutuhan pokok menumpuk. "Pasokan kebutuhan pokok setiap minggu datang. Namun, karena pembeli kurang, menyebabkan pasokan tersebut menumpuk di gudang," kata Ramli.
Menyangkut dengan harga kebutuhan barang pokok, Ramli mengatakan masih tetap stabil. Bahkan untuk telur mengalami penurunan harga seiring bertambahnya pasokan.
"Harga telur per 10 papan sekarang ini Rp 315 ribu. Padahal sebelumnya mencapai Rp 350 ribu. Kami kewalahan juga karena pembeli kurang. Sementara, telur ini tidak bisa lama-lama disimpan," ujar dia.
Begitu juga dengan kebutuhan pokok lainnya, seperti minyak goreng masih tetap bertahan di kisaran Rp 9.200 sampai dengan Rp 10 ribu per kilogram. Serta harga gula eceran setempat di kisaran Rp 12.500 per kilogram.
"Kami berharap daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok ini kembali normal, sehingga pedagang tidak mengalami kerugian karena tidak ada pembeli," ujar H Ramli.