REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Digital mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, tidak bisa dipungkiri pertumbuhan tersebut sebagian besar dikarenakan adanya adopsi teknologi yang tinggi dari masyarakat.
"Kita ini memasuki tatanan perekonomian baru yaitu ekonomi berbasis digital. Artinya, semua proses transaksi ekonomi memanfaatkan teknologi digital," kata Rudiantara saat menghadiri acara Indonesia Digital Media Conference yang diadakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Jumat (1/3).
Diakuinya, perkembangan teknologi adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Rudiantara mencontohkan, mulai dari pengisian pulsa, pembelian tiket pesawat hingga voucher hotel beralih secara online. Semua ini berimbas pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui sektor digital.
Dengan pesatnya pertumbuhan ini, Rudiantara memproyeksikan pada 2020 mendatang ekonomi digital Indonesia akan mencapai 130 miliar dolar AS. Dimana, angka ini telah melebihi GDP Indonesia hingga 12 persen bahkan lebih besar dibandingkan sejumlah negara ASEAN.
Menurut Rudiantara, pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital pada dasarnya bukanlah teknologi, melainkan pola pikir untuk berubah dan menghadirkan solusi bagi permasalahan masyarakat. Hal tersebut tercermin dari beberapa start up lokal baru namun telah berhasil menjadi perusahaan multinasional, sebut saja Gojek dan Traveloka.
Gojek lahir dari pemikiran untuk memberikan solusi untuk ojek pangkalan yang sepi penumpang. Gojek mempertemukan pengguna atau konsumen dengam penyedia layanan atau ojek pangkalan.
"Artinya ada peluang-peluang untuk mencari cara baru. Cara barunya sekali lagi bukan teknologi tetapi pola pikir yang harus berubah," kata Rudiantara.
Rudiantara berharap perubahan pola pikir menghadirkan solusi yang baru juga bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan media. Menurut Rudiantara, masyarakat saat ini sedang dihadapkan oleh banyaknya informasi dan pemberitaan hoax.
Rudiantara mengajak perusahaan media arus utama bekerjasama merumuskan solusi terbaik memerangi hoaks. "Hoaks semakin banyak, Kominfo selalu lakukan penyisiran. Masalahnya untuk lakukan klarifikasi dan validasi, Kominfo tidak bisa sendiri," tutur Rudiantara.