REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menyambut baik pertemuan kedua Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam. Namun Indonesia menyayangkan pertemuan tersebut berakhir tanpa kesepakatan.
"Indonesia menyayangkan tidak adanya kesepakatan dari pertemuan tersebut," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam pernyataan yang dirilis Jumat (1/3).
Indonesia berharap AS dan Korut masih bersedia berunding di masa mendatang. Kedua pemimpin (Trump dan Kim) diharapkan tetap berkomitmen untuk mendapatkan kesepakatan bagi tercapainya perdamaian di Semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir.
Pertemuan antara Trump dan Kim gagal membuahkan kesepakatan yang diharapkan dapat memajukan proses denuklirisasi. Hal itu disebabkan keengganan AS mengabulkan permintaan Korut untuk mencabut sanksi terhadapnya.
"Itu semua tentang sanksi. Pada dasarnya mereka (Korut) ingin sanksi dicabut seluruhnya dan kita tidak bisa melakukan hal itu," ujar Trump pada Kamis (28/2).
AS memang telah menyatakan bahwa sanksi terhadap Korut akan dicabut hanya jika negara itu telah melakukan denuklirisasi secara menyeluruh dan terverifikasi. Sementara Korut menginginkan Washington mencabut sanksi secara bertahap. Sebab mereka telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya.
Belum ada indikasi kapan Trump dan Kim akan bertemu lagi. Namun Gedung Putih telah menyatakan kedua negara masih berharap dapat melakukannya di masa mendatang.
Trump dan Kim pertama kali bertemu di Singapura pada Juni 2018. Peristiwa itu menjadi momen bersejarah karena Korut menyatakan siap menghentikan semua proyek rudal dan nuklirnya.