REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Asma Nadia, sastra Islami tidak semata menuliskan perempuan berjilbab atau laki-laki berjenggot. Sastra Islami bisa menggunakan tokoh siapa saja, termasuk preman. Dalam menuliskan karyanya, Asma Nadia lebih menggunakan Islam sebagai nilai kebaikan universal.
"Kalau saya merasa jalur yang saya pilih adalah kebaikan universal. Islam itu universal, tidak selalu menuliskan perempuan berjilbab, laki-laki berjanggut. Tokohnya bisa siapa saja, bisa preman. Islam itu lebih kepada nilai universal," kata Asma Nadia, Jumat (1/3).
Selanjutnya, perempuan yang sudah menulis 56 buku itu meyakini, Islam rahmatan lil alamin (Islam adalah rahmat bagi seluruh alam) dapat digunakan secara luas dalam menghasilkan sebuah karya. Konsep itulah yang membuat karya Asma Nadia mampu diterima oleh semua kalangan.
"Saya percaya Islam 'rahmatan lil alamin' merupakan nilai kebaikan universal. Karya fiksi yang saya hasilkan menggunakan nilai kebaikan universal. Dari 56 buku, setidaknya ada 10 buku saya yang sudah difilmkan, seperti Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, Surga Yang Tak Dirindukan. Karya itu bisa ditonton oleh siapa saja dari semua kalangan," kata Asma Nadia.