REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama di Surabaya, Tjokroaminoto tinggal di Jalan Peneleh VII Nomor 29-31. Rumah itu terletak di kawasan perkampungan padat penduduk. Walaupun resminya dia bekerja sebagai pegawai pabrik, aktivitasnya di pelbagai organisasi dan diskusi-diskusi membuat namanya dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional.
Sejak 1912, misalnya, dia sudah dengan lantang menyerukan perlunya Hindia Belanda dilengkapi dengan pemerintahan otonom (zelfbestuur) yang lepas dari Negeri Belanda. Semangat nasionalisme yang disuarakannya membuat orang-orang terkesima dan akhirnya tertarik untuk mengikuti jejak langkahnya.
Salah satu figur yang pada masa remajanya berproses di sana adalah Sukarno. Ayah sang proklamator itu, Raden Sukemi, bersahabat baik dengan Tjokroaminoto. Sudah sejak awal Raden Sukemi ingin anaknya itu diinapkan di sana selama bersekolah di Surabaya.
Dalam autobiografinya, Bung Karno mengenang rumah Tjokroaminoto tersebut sebagai Dapur Nasionalisme, “Aku meresapi lebih banyak lagi persoalan politik di rumah Pak Cokro, dapur dari Nasionalisme.”