Sabtu 02 Mar 2019 08:07 WIB

TKN: Jokowi tak Punya Sejarah Kekerasan di Masa Lalu

TKN nilai kepribadian pemimpin tentukan masa depan bangsa.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Indira Rezkisari
Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma'ruf Hasto Kristiyanto menyatakan, paslon 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin merupakan pemimpin yang tidak pernah memiliki sejarah melakukan kekerasan di masa lalu. Kepribadian yang lembut merupakan modal pemimpin.

"Keduanya tidak punya tradisi kekerasan di masa lalu, tidak pernah gebrak meja, tidak pernah lempar handphone, tidak pernah membuat persoalan terkait dengan penghormatan hak asasi manusia," ujar Hasto dan rombongan Safari Kebangsaan PDIP berdialog dengan warga di Banjar Wiradharma, Lampung, Jumat (1/3).

Baca Juga

Kepribadian yang lembut itu, kata Hasto menjadi modal pemimpin. Menurutnya, pemimpin harus dipilih dari kepribadiannya. Sebab, ia menyebut kepribadian seorang pemimpin akan sangat menentukan nasib bangsa ke depan.

Hasto mengklaim, Jokowi dengan sifat lembutnya berpihak pada rakyat. Keberpihakan Jokowi kepada rakyat itu dibuktikan lewat kebijakan di bidang pertanahan. Jokowi memilih membagikan sertifikat lahan ketimbang membagikan lahan kepada elit. Di masa lalu, ia menyebut tanah hanya dibagi-bagi tanpa memberikan aspirasi rakyat.

"Karena itulah sertifikasi tanah rakyat menjadi kebijakan yang sangat fundamental dari Pak Jokowi," ujar Sekjen PDIP ini.

Untuk mewujudkan pembangunan, Hasto tidak mengelak Jokowi menghadapi berbagai tantangan, salah satunya hoaks dan fitnah. Namun, ia meyakini hoaks dan fitnah membuktikan ketidaksiapan berkompetisi dan beradu program.

"Mereka menabur hoaks dan fitnah itu artinya menghalalkan politik kekuasaan itu karena ambisinya. Hoaks dan fitnah membuktikan mereka tidak siap," ujarnya.

Hasto menambahkan kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf merupakan kepemimpinan yang menyatukan dan memastikan seluruh umat beragama bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa ada yang mengkafirkan satu sama lain.

"Kehidupan yang diwarnai oleh nilai-nilai kebudayaan kita. Karena itu semua agama di Indonesia bisa hidup berdampingan, semua kepercayaan bisa dapat bersama-sama," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement