REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menggelar Pekan Kebudayaan Indonesia 2019. Sebelum itu, Pekan Kebudayaan akan diselenggarakan di tingkat daerah, tidak jauh berbeda dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, pekan kebudayaan bertujuan untuk membuka lebih luas ruang interaksi budaya kepada publik. Dan Kabupaten Tulungagung menjadi daerah pertama diselenggarakannya Pekan Kebudayaan 2019 tingkat kabupaten.
“Di Tulungagung itu kegiatan pekan kebudayaan melalui Kemah Kebangsaan. Serangkaian kegiatan dilakukan, termasuk kompetisi permainan tradisional, pertunjukan seni, diskusi, dan lainnya,” kata Hilmar kepada Republika.co.id, Sabtu (2/8).
Tidak hanya di Tulungagung, bahkan kegiatan tersebut akan diselenggarakan di berbagai daerah, dari tingkat desa hingga tingkat nasional dalam waktu dekat. Seperti diadakan di Kabupaten Tasik, Jawa Barat, Serdang Bedagai, Sumatra Utara, serta Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Seluruh rangkaian kegiatan seperti ini merupakan inisiatif yang datang dari masyarakat didukung oleh pemerintah setempat.
“Semoga ada banyak daerah lain yang juga berinisiatif menyelenggarakan kegiatan serupa. Sehingga nantinya seluruh kab/kota dan provinsi ikut serta pada Pekan Kebudayaan Nasional,” ujar Hilmar berharap.
Lebih lanjut, Hilmar memaparkan alasan tercetusnya ide Pekan Kebudayaan Nasional 2019. Menurut dia, gagasan itu muncul lantaran melihat kondisi saat ini. Festival kebudayaan yang dibuat selama ini dirasa kurang solid. Sehingga, Pekan Kebudayaan Nasional nanti diharapkan bisa mempersatukan acara-acara kebudayaan yang sudah ada.
“Harapan kami dengan kegiatan tersebut dapat berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya yang bertujuan membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia,” tegas Hilmar.
Hilmar menyampaikan bahwa kegiatan tersebut menjadi wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) tahun 2019. Terlebih kegiatan tersebut menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.