REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido menyatakan akan kembali ke negaranya setelah menjalani serangkaian kunjungan ke luar negeri. Guaido telah berkunjung ke sejumlah negara Amerika Latin untuk mengumpulkan dukungan membentuk pemerintahan transisi dan menggulingkan Presiden Maduro.
"Mengenai langkah selanjutnya untuk Venezuela, saya mengumumkan kepulangan saya dari Ekuador," ujar Guaido dalam konferensi pers bersama Presiden Ekuador Lenin Moreno, Ahad (3/3).
Guaido diperkirakan akan meninggalkan Ekuador pada pukul 09.30 pagi waktu setempat. Kepulangannya itu menandai bahwa Guaido siap untuk menghadapi tuntutan hukum dari Pemerintah Venezuela. Dalam lawatannya ke luar negeri, Guaido telah mengunjungi Kolombia, Brasil, Argentina, Paraguay, dan Ekuador.
Sebelumnya, Mahkamah Agung telah melarang Guaido untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dan ia terancam 30 tahun penjara. Larangan itu diberlakukan setelah Guaido mengajukan diri untuk mengambil kursi kepresidenan sementara.
Selain itu, seluruh aset dan kekayaan Guaido juga telah dibekukan. Mahkamah Agung menyetujui permintaan Jaksa Agung Venezuela Tarek Saab, untuk mengadakan investigasi pendahuluan terhadap Guaido atas tuduhan bahwa ia telah membantu negara-negara asing campur tangan dalam urusan domestik Venezuela.
Utusan khusus Amerika Serikat Elliot Abrams mengatakan, akan lebih banyak sanksi terhadap Caracas. Hal itu disampaikannya ketika berbicara di depan sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang situasi Venezuela beberapa waktu lalu.
"Kami telah mengatakan bahwa sanksi akan terus berlanjut. Akan ada lebih banyak sanksi minggu ini dan minggu depan. Kami akan terus menjatuhkan sanksi pada anggota rezim tingkat tinggi, dan orang-orang yang menangani urusan keuangan mereka," ujar Abrams.
Sanksi itu dikenakan kepada empat gubernur negara bagian Venezuela yang bersekutu dengan Presiden Maduro. Departemen Keuangan AS memblokir semua aset yang dikontrol keempat gubernur terkait di AS. Pengumuman sanksi itu dilakukan ketika Wakil Presiden AS Mike Pence bertemu pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido.
Keduanya mengadakan pertemuan dengan Lima Group, yakni sebuah blok negara-negara dari Argentina hingga Kanada. Kelompok itu sengaja dibentuk untuk menyelesaikan krisis politik dan ekonomi Venezuela.
Dalam pertemuan itu, Pence kembali menegaskan dukungan AS untuk kepemimpinan Guaido di Venezuela. Dukungan diberikan hingga kebebasan benar-benar dipulihkan. Dia pun mengulangi tawaran amnestinya bagi anggota pasukan bersenjata yang memberi dukungan bagi Guaido.
"Kami menjelaskan kepada mereka bahwa kami mendukung seruan presiden sementara (Guaido) untuk amnesti, pemerintah inklusif, masa depan inklusif bagi anggota angkatan bersenjata yang telah meletakkan senjata dan berdiri dengan pemerintahan Guaido," ujar Pence.
Pence meminta anggota Lima Group membekukan aset perusahaan minyak nasional Venezuela, PDVSA. Dia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang AS akan mengumumkan kembali sanksi ekonomi yang lebih kuat terhadap pemerintahan Maduro.