Ahad 03 Mar 2019 14:27 WIB

Lahan Kering di Purwakarta Potensial Jadi Areal Padi Gogo

Ada 30 ribu hektare lahan kering belum dimanfaatkan padahal potensial untuk padi gogo

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Gita Amanda
Petani memanen padi gogo di sawah tadah hujan di Kampung Petir, Warunggunung, Lebak, Banten. (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petani memanen padi gogo di sawah tadah hujan di Kampung Petir, Warunggunung, Lebak, Banten. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, melansir ada 30 ribu hektare lahan kering yang ada di wilayah ini. Lahan tersebut, mayoritas belum bisa dimanfaatkan. Padahal, lahan mati itu cukup potensial menjadi areal pertanian padi gogo (huma).

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan dari 30 ribu hektare lahan itu ada yang milik masyarakat, ada yang bentuknya masih tegalan. Serta, ada juga milik perkebunan rakyat dan hutan rakyat. Namun, jika dimanfaatkan dengan baik, lahan tersebut cukup potensial.

"Kami ingin mendorong, supaya lahan kering itu bisa dimanfaatkan," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Ahad (3/3).

Agus menyebutkan, dari 30 ribu hektare itu yang telah dimanfaatkan baru 5.000 hektare. Lahan tersebut, sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sebagai ladang padi gogo. Jadi, setiap musim penghujan ada penambahan luasan tanam, dari lahan kering ini seluas 5.000 hektare.

Sedangkan, yang masih berbentuk tegalan yaitu 9.500 hektare. Serta, perkebunan dan hutan rakyat seluas 15.500 hektare. Jika, tegalan, perkebunan dan hutan rakyat itu bisa dimanfaatkan, terutama jadi areal padi gogo, maka hasilnya bisa optimal.

Saat ini saja, lanjut Agus, lahan kering yang biasa ditanami padi gogo, hasil produksinya mencapai empat ton per hektarenya. Namun, khusus untuk padi gogo ini, bukan hanya soal kuantitas produksinya melainkan soal kualitas dan rasanya.

"Rasa dari padi gogo ini sangat enak. Serta, kalau dimasak, meskipun dimakannya sedikit cepat mengenyangkan," ujar Agus.

Karena itu, petani zaman old lebih suka menanam padi gogo. Meskipun masa tanamnya cukup lama, yaitu antara enam sampai delapan bulan, tetapi kualitasnya sangat baik. Bahkan, padi gogo ini bagus untuk kesehatan. Terutama, yang lagi menjalani diet sehat.

Selain bisa ditanami padi, lanjut Agus, lahan kering tersebut cocok juga untuk tanaman hortikultura. Seperti, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

Sementara itu, Ateng (52 tahun) petani asal Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, mengaku, lebih senang menanam padi gogo. Alasannya, karena padi gogo pemeliharaannya tidak sulit. Serta, nasi yang dihasilkannya dinilai jauh lebih enak ketimbang padi sawah.

"Karena sudah biasa tanam padi gogo, rasanya juga lebih enak dan mudah kenyang," ujar pemilik lahan 0,5 hekatare ini.

Untuk varietas, lanjut Ateng, dirinya memiliki yang lokalan. Sebab, varietas lokal banyak tersedia di kalangan petani. Serta, harganya juga jauh lebih murah. Selain itu, tanam padi gogo bisa ditumpangsarikan dengan tanam lainnya. Seperti, kacang tanah atau ubi kayu (singkong).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement