Ahad 03 Mar 2019 23:43 WIB

Korban Gempa Petobo Mulai Tempati Huntara

Warga menempati Huntara berukuran 3,6 x 4 meter yang dibangun

Bantuan Penerangan Huntara ESDM: Sebuah lampu penerangan bertenaga surya terpasang di sekitar lingkungan Hunian sementara (Huntara) pengungsi korban bencana di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/2/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Bantuan Penerangan Huntara ESDM: Sebuah lampu penerangan bertenaga surya terpasang di sekitar lingkungan Hunian sementara (Huntara) pengungsi korban bencana di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar korban gempa dan likuefaksi Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, mulai menempati hunian sementara(Huntara). "Sudah menempati Huntara sekitar dua pekan lalu,"kata Uno, salah seorang korban likuefaksi Petobo, Ahad (3/3).

Huntara untuk korban gempa dan likuefaksi Petobo di bangun di sebelah Timur dari lokasi eks-likuefaksi Petobo, atau terletak di Jalan Jepang. Warga menempati Huntara berukuran 3,6 x 4 meter yang dibangun oleh pemerintah melibatkan BUMN. Huntara tidak dapat di huni atau di tempati oleh semua jiwa dalam satu keluarga, bila satu keluarga lebih dari tiga orang.

Karena itu, umumnya Huntara hanya di huni oleh tiga orang dalam satu keluarga. Hal itu karena kondisi Huntara yang tidak dapat menampung semua jumlah anggota keluarga dalam satu keluarga.

"Saya sebagian barang-barang sudah di Huntara, sebagian masih di pondok (huntara yang dibangun sendiri oleh warga),¿ ujar Uno.

Hal yang sama diakui oleh Solihin, bahwa kondisi Huntara yang kecil membuat sebagian korban tetap bertahan di Huntara yang di bangun secara mandiri oleh korban.

Sementara itu, Pemerintah Kelurahan Petobo menyatakan, Huntara yang dibangun pemerintah dan pihak lainnya untuk korban gempa dan likuefaksi pada 28 September 2018 saat ini belum rampung.

"Sebagian warga belum menempati Huntara karena masih dalam tahap perampungan pekerjaan konstruksi,¿  kata Lurah Petobo, Alfin H Ladjuni, di Palu.

Dia menjelaskan, baru sebagian kecil pengungsi setempat menempati Huntara disediakan pemerintah yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Dari data yang ada baru kurang lebih 900-an warga menempati Huntara dan sisanya masih bertahan di tenda-tenda darurat, " ujar Alfin.

Dia mengatakan, Huntara yang dibangun pemerintah untuk korban likuefaksi Petobo sebanyak 85 unit atau 1.020 bilik, kemudian bantuan pihak lain dari paguyuban Bali sebanyak 108 bilik, NU Sidoarjo 22 unit.

Dikemukakannya, fasilitas pendukung lainnya seperti listrik, saat ini telah disediakan pihak PT PLN (Persero) Palu dan mulai pemasangan instalasi, guna menerangi Huntara.

Sebelumnya sempat tertunda, karena stok meteran listrik habis. Meteran prabayar disediakan PLN itu berdaya 450 watt. Sementara ketersediaan air bersih di Huntara, menurut Alfian, mulai memadai, sebab pemerintah telah membangun sumur bor di sejumlah titik agar pengungsi tidak kesulitan memperoleh air bersih.

"Kami mengupayakan pengungsi yang masih berada di selter segera menempati Huntara disediakan," ujarnya.

Alfin menyatakan, Huntara yang dibangun untuk menampung 4.000 lebih korban likuefaksi Petobo sebelum mereka mendapat hunian tetap (Huntap) sebagai pengganti rumah yang hilang akibat likuefaksi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement