REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan, agresi pemerintah Israel menjadi ujian yang menantang bagi Palestina. Menurutnya, selain Israel, ada beberapa pihak lain yang hendak mengacaukan wilayah Palestina.
"Tidak hanya serangan Israel terhadap hak rakyat Palestina, tetapi beberapa aktor lain secara sepihak dan ilegal juga hendak mengacaukan wilayah itu," kata dia dalam pertemuan dengan duta besar Palestina untuk negara-negara Eropa, dilansir dari Anadolu Agency, Ahad (3/3).
Cavusoglu juga menekankan, membela perjuangan Palestina di arena internasional adalah prioritas utama Turki. Ia juga menyampaikan belasungkawa bagi warga Palestina yang syahid dan juga Abdulkarim al-Khatib, konsul Palestina di Istanbul, yang baru-baru ini meninggal dunia.
Melindungi status historis dan hukum Yerusalem, lanjut Cavusoglu, adalah salah satu prioritas utama kebijakan luar negeri Turki. "Ini alasan suci bagi kami. Kami melakukan yang terbaik untuk menarik perhatian komunitas internasional terhadap ketidakadilan di Yerusalem," katanya.
"Israel bukannya belajar dari pengalaman sebelumnya malah mengulangi kesalahan yang sama. Sementara mempertahankan blokade tidak manusiawi di Gaza, Israel menjalankan kampanye yang mengarah pada kekerasan dan bertujuan melumpuhkan solusi dua negara," tambahnya.
Cavusoglu juga menyoroti RUU negara-bangsa yang disahkan tahun lalu oleh parlemen Israel. Menurut dia, itu adalah contoh baru yang mencerminkan pola pikir yang bertujuan mengacau.
"Kami tidak akan pernah membiarkan upaya-upaya seperti itu membayangi tujuan kami dalam menciptakan perdamaian yang adil dan abadi melalui dialog dan diplomasi. Semakin Israel mengintensifkan kegiatan ilegal, semakin kita akan berjuang untuk keadilan dan perdamaian," ungkapnya.
Cavusoglu mengatakan, Turki telah menyediakan lebih dari 460 juta dolar untuk Palestina sejak 2005. TIKA, badan bantuan negara Turki, juga telah melakukan sekitar 550 proyek di Palestina.
Motif utama Turki membantu lanjut Cavusoglu, yakni memastikan Palestina dapat menumbuhkan ekonomi yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan dengan dukungan proyek-proyek tersebut. Dia juga mendesak pengakuan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, dengan ibukota di Yerusalem Timur, berdasarkan perbatasan pra-1967.