REPUBLIKA.CO.ID, PALU— FKUB diminta untuk tidak putus asa membina generasi muda anak bangsa agar memahami dan mengamalkan ajaran agama sesuai esensi dan substansi agama.
Pernyataan tersebut disampaikan Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah Dr Muhtadin Dg Mustafa.
"Iya, Menteri Agama Lukman Hakim meminta agar FKUB terus mengupayakan bagiamana agar seluruh anak bangsa ini kembali memahami dan mengamalkan ajaran agama sebagaimana esensi dan substansi agama itu," ucap Dr Muhtadin dalam keterangan tertulisnya di Palu, Senin (4/3).
Menag mengatakan hal itu dalam sambutannya pada Konferensi Nasional V Tahun 2019 FKUB seluruh Indonesia di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut Muhtadin, Menag Lukman Hakim menitip kepada FKUB agar bersama-sama mengembalikan cara memahami dan beragama, yaitu pemahaman dan pengamalan kepada esensi dari ajaran pokok daripada agama itu sendiri, bahwa hakikat agama itu adalah memanusiakan manusia, agama adalah ajaran kemanusiaan.
Menag, kata dia, mengatakan namun sekarang bangsa ini mengalami disrupsi, distorsi, penyimpangan dari apa yang sesungguhnya menjadi esensi dari agama itu.
Jadi distrupsi itu tidak hanya terjadi pada teknologi, alat-alat komunikasi informasi yang dimiliki, tidak terbatas hanya pada teknologi.
Disrupsi yang jauh lebih membahayakan, yang wajib diwaspadai adalah disrupsi terhadap agama.
Agama yang oleh Tuhan yang diturunkan di atas muka bumi ini agar harkat martabat kemanusiaan, agar nilai-nilai kemanuiaan itu tidak hanya semata terjaga, terpelihara, terawat dengan baik, tapi dikembangkan sehingga peradaban dari waktu ke ke waktu semakin berkualitas.
"Tapi saat ini kita rasakan penyimpangan, penyalahgunaan terhadap agama yang lalu kemudian kita merasakan ada sebagian orang saudara-saudara kita, sesama kita, sebagian di antara kita, justru atas nama agama mereka merendahkan antarsesama kita," ujar dia.
Menurut dia, mereka saling menebarkan kebencian, amarah murka atas nama agama. Sesuatu yang sesungguhnya sama sekali bukan watak agama, bukan karakter agama, dan bukan jati diri agama.
“Esensi ajaran agama adalah mengayomi, merangkul semua umat manusia, apapun rasnya, apapun etnisnya, apapun warna kulitnya, apapun agama yang dianut oleh setiap kita. Semua agama mengajarkan hal yang sama bahwa agama untuk manusia,” kata dia.
Dia mengatakan, untuk menjaga harkat derajat martabat kemanusiaan. Maka itulah mengapa di Kementerian Agama sejak tiga empat tahun yang lalu terus gencar menyuarakan, menggelorakan, mengusung, mempromosikan dan mengkampanyekan, dan apa yang dikenal dengan "moderasi beragama" atau beragama secara moderat.