REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di DKI capai 2.343 hingga 3 Maret 2019. Kepala Dinkes DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, kasus DBD berpotensi masih meningkat seiring kelembaban di DKI yang juga masih tinggi.
"Diprediksi bahwa sampai dengan Maret angkanya tetap jadi tinggi karena memang kelembabannya tinggi di DKI Jakarta," ujar Widyastuti dalam jumpa pers di kantor Dinkes DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (4/3).
Ia merinci dari 2.343 kasus antara lain 134 kasus terjadi di Jakarta Pusat, 220 kasus di Jakarta Utara, 651 di Jakarta Barat, 651 kasus Jakarta Selatan, 685 kasus di Jakarta Timur dan dua kasus di Kepulauan Seribu. Widyastuti mengungkap tiga kota di DKI dengan jumlah kasus DBD terbanyak.
Ia memaparkan, berdasarkan IR per 100 ribu penduduk di keenam wilayah. Tiga wilayah itu yakni Jakarta Selatan IR 28,7, Jakarta Barat IR 25,1, dan Jakarta Timur IR 23,3. Disusul dengan Jakarta Pusat IR 14,4, Jakarta Utara IR 12,1 dan Kepulauan Seribu IR 8,2.
Widyastuti memaparkan, adapun angka kasus DBD dari Januari 2 Maret 2019 tercatat 2.282 kasus dengan insiden rate (IR) 21,61 per 100 ribu penduduk dan satu kematian atau case fatality rate (CFR) 0,04 persen. Sementara, selama 2018 tercatat 2.963 kasus DBD di Jakarta dengan IR 28,31 per 100 ribu penduduk dan dua kematian atau CFR 0,07 persen.
Sedangkan, kata dia, angka pada 2018 tersebut menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2017 dilaporkan 3.362 kasus dengan IR 32,42 per 100 ribu penduduk dan satu kematian. Angka itu jauh dari total kasus DBD di Jakarta pada 2016 sebanyak 20.432 kasus dengan IR 198,8 per 100 ribu penduduk dan 14 kematian.
Widyastuti mengungkap tiga kota di DKI dengan jumlah kasus DBD terbanyak. Ia merinci berdasarkan IR per 100 ribu penduduk di keenam wilayah. Di antaranya Jakarta Selatan IR 28,7, Jakarta Barat IR 25,1, dan Jakarta Timur IR 23,3. Disusul dengan Jakarta Pusat IR 14,4, Jakarta Utara IR 12,1 dan Kepulauan Seribu IR 8,2.
Lima kecamatan dengan kasus DBD tertinggi di ibu kota antara lain Kalideres, Pasar Rebo, Cipayung, Matraman, dan Jagakarsa. Maka itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kota dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wilayah terkait.
Ia mengaku telah berkomunikasi dengan Dinas Kehutanan untuk menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk. Serta memastikan tidak ada sarang-sarang nyamuk di taman-taman maupun lahan yang menjadi tanggung jawab tersebut.
Kendati kasus DBD di DKI Jakarta belum termasuk kejadian luar biasa (KLB), tetapi pemerintah dan warga harus tetap waspada. "Untuk tahun ini memang sudah di atas rata-rata, tapi untuk menjadi KLB kita masih jauh. Tapi kita waspada terus jangan tembus menjadi sesuatu yang luar biasa," jelas Widyastuti.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati mengatakan, pihaknya mencanangkan program menanam lavender maupun sereh wangi secara massal di taman-taman. Dalam rangka upaya pencegahan demam berdarah.
"Di taman-taman kami ada program penanaman kami tanam secara massal lavender kemudian sereh," ujar Suzi ditemui Republika di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin.
Selain itu, Suzi mengatakan, Dinas Kehutanan juga telah mengimbau agar peziarah tidak membawa kendi-kendi ke tempat pemakaman umum (TPU). Sebab, kendi yang ditinggalkan para peziarah berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Apabila masih ada warga yang membawa, lanjut dia, petugas penyedia jasa layanan perorangan (PJLP) akan membuang kendi tersebut. Ia juga mengatakan, para petugas tetap selalu membersihkan makam.
"Dalam pencegahan demam berdarah kita juga beri informasi bahwa harus membersihkan kendi-kendi yang dilakukan oleh PJLP kami. Kami buang dan jangan ada lagi warga kalau ziarah untuk tidak menggunakan kendi sementara," jelas Suzi.
Sebelumnya, DBD menyerang warga Kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sumber nyamuk diduga berasal dari kendi-kendi yang dibawa peziarah di TPU Pondok Rangon.