Selasa 05 Mar 2019 09:24 WIB

Saudi Masih Enggan Pulihkan Diplomatik dengan Suriah

Saudi menilai terlalu dini untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Suriah.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir
Foto: saudigazette.com
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi melalui Menteri Luar Negeri-nya Adel al-Jubeir mengatakan, terlalu dini untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Suriah. Sebab, stabilitas keamanan Suriah belum jelas.

Saudi mengatakan, keputusan keanggotaan Suriah di Liga Arab yang tanpa kemajuan dalam proses politik untuk mengakhiri perang delapan tahun, masih sangat terlalu cepat untuk dipulihkan. Hal itu dia sampaikan saat menggelar konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Riyadh, Senin (4/3) waktu setempat.

Baca Juga

Jubeir mengatakan, Saudi tidak akan ikut mengambil bagian dalam upaya rekonstruksi Suriah sebelum stabilitas dipulihkan. "Ini (pembukaan kembali kedutaan atau kembalinya Suriah ke Liga Arab) terkait dengan kemajuan proses politik, dan saya pikir masih terlalu dini," ujar Jubeir.

Menurutnya, masih terlalu dini pula memulihkan Suriah ke Liga Arab, sebab keanggotaannya ditangguhkan tujuh tahun lalu. Sementara Liga Arab mengatakan, langkah seperti itu akan membutuhkan konsensus di antara negara-negara anggota.

Sekutu Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) sebelumnya telah membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus pada Desember lalu dalam upaya diplomatik untuk Presiden Suriah Basar al-Assad. Dalam hal ini, UAE juga berupaya untuk melibatkan kembali pengaruh negara-negara Arab di Suriah.

Assad diketahui telah memulihkan kendali atas sebagian besar Suriah dengan dukungan dari Rusia, Iran, dan kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran, seperti Hizbullah Libanon. Sementara Saudi, Qatar, Turki, dan UAE mendukung kelompok bersenjata yang menentang Assad selama perang.

Ketika ditanya soal apakah Riyadh akan membantu rekonstruksi Suriah, Jubeir mengatakan belum. "Rekonstruksi tidak dapat terjadi sampai perang berakhir, dan solusi politik telah dicapai untuk menjamin perdamaian dan stabilitas dan keamanan di Suriah," kata dia.

Jubeir menekankan bahwa baik Saudi maupun Rusia menyetujui kedaulatan Suriah. Kedua negara pun sepakat tentang solusi politik untuk membantu Suriah membangun masa depan yang lebih baik. Sementara beberapa sumber pada awal bulan ini melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) yang didukung oleh Arab Saudi, sudah melobi negara-negara Teluk lainnya untuk menunda rehabilitasi Suriah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement