REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim atau yang akrab disapa Bang ‘Imad lahir pada 21 April 1931 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Kalangan Institut Teknologi Bandung (ITB) menjulukinya sesepuh Departemen Teknik Elektro. Namanya dikenang tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga mubaligh nasional.
Bang 'Imad merupakan seorang pendiri Masjid Salman ITB. Dia keturunan alim ulama. Ayahandanya, Haji ‘Abdulrahim Abdullah, merupakan alumnus Universitas al-Azhar (Mesir). Sukunya, Minangkabau. Sang ayah juga aktif di dunia politik sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi. Ibundanya, Syaifatul Akmal, adalah keturunan bangsawan Kesultanan Langkat.
Cerita tentang sang ayah yang pernah menimba ilmu di Mesir tidak lepas dari peran Kesultanan Langkat. Bapaknya (kakek dari Bang 'Imad) adalah pengurus masjid kerajaan tersebut sejak 1870-an. Anaknya ('Abdulrahim) lantas dititipkan kepada mufti Kesultanan Langkat, Haji Majjadah, untuk menjadi santri. Sesudah menikah, pasangan 'Abdulrahim dan Syaifatul Akmal berangkat ke Tanah Suci, lalu lanjut ke Kairo.
Semasa di Mesir, pasangan tersebut dikaruniai anak pertama, Abdulrahman, tetapi buah hati mereka itu wafat tidak lama kemudian. Sesudahnya, mereka memeroleh keturunan lagi, yakni dua orang putri. Sekembalinya di Tanah Air, lahirlah putra mereka, Muhammad ‘Imaduddin. Lima tahun kemudian, lahir ‘anaknya yang lain, Abdullah.