Selasa 05 Mar 2019 14:36 WIB

Ketika Bang Imad Menjadi Tahanan Politik

Almarhum Imaduddin Abdulrahim alias Bang Imad menulis 'Kuliah Tauhid'.

Red: Hasanul Rizqa
Imaduddin Abdulrahim
Foto: tangkapan layar youtube
Imaduddin Abdulrahim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu pembawaan Imaduddin Abdulrahim alias Bang ‘Imad adalah berani karena benar. Ceramah-ceramahnya selalu lugas, memperjuangkan amar ma'ruf nahi munkar. Padahal, Orde Baru kala itu sedang kuat-kuatnya dan cenderung anti-kritik.

Pemilihan umum tahun 1971, misalnya, membuktikan nirdemokratisnya penguasa. Terhadap fenomena ini, Bang ‘Imad di tiap forum publik tidak ragu menyuarakan kritik keras. Imbasnya, dia pernah tidak bisa berceramah di kampus-kampus pada 1986-1988.

Baca Juga

Ke manapun dia pergi, selalu dibuntuti mata-mata. Ada dua kasus yang cukup fenomenal. Pertama, saat dirinya menjadi penceramah Maulid Nabi di Masjid al-Azhar (Jakarta) 1971.

Bang ‘Imad tahu betul ada mata-mata pemerintah yang menyelinap di antara hadirin. Panitia juga telah mengingatkannya lantaran khawatir keselamatan sang narasumber.