Selasa 05 Mar 2019 16:15 WIB

Mahfud MD Minta Polisi Profesional Tangani Kasus Andi Arief

Menurut Mahfud MD hukum harus bekerja cerdas

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kadiv Humas Polri Irjen Pol M. Iqbal (kanan) bersama Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kiri) bersiap memberikan keterangan pers terkait penangkapan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief atas dugaan penyalahgunaan Narkoba di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kadiv Humas Polri Irjen Pol M. Iqbal (kanan) bersama Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kiri) bersiap memberikan keterangan pers terkait penangkapan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief atas dugaan penyalahgunaan Narkoba di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013 Mahfud MD mengingatkan agar aparat kepolisian tetap profesional dalam menangani kasus penyalahgunaan narkoba yang melibatkan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief. Polisi juga menurutnya harus tetap melanjutkan proses hukum, meski ada tudingan-tudingan dari pihak tertentu, kasus tersebut berbau pilotis

"Andi Arief ditangkap dan macam-macam, saya menyerukan polisi profesional. Jangan ada pertimbangan, karena partai politik minta biar tidak gaduh ditunda dulu, hukum tidak begitu," kata Mahfud saat menghafiri Dies Natalis Universitas Narotama Surabaya, Selasa (5/3).

Baca Juga

Menurut Komisioner Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut, hukum harus bekerja cerdas. Jika ada yang ketahuan maka harus dibuktikan dan tidak boleh ada pertimbangan yang terlibat adalah tokoh politik atau bukan. Maka dari itu, lanjut dia, dibutuhkan profesionalisme dari aparat kepolisian.

"Termasuk Andi Arief dan semua. Berdasar bukti dan tidak boleh pilih orang, pilih kasus, dan tidak dipengaruhi politik, baik agenda politik umum, tekanan politik, atau pesanan politik kelompok tertentu. Polisi harus profesional," ujar Mahfud.

Mahfud berpendapat, pembangunan hukum di Indonesia agak terganjal. Itu tak lain karena politik telah bergeser oleh oligarki secara partikal. Saat ini, kata Mahfud, kekuatan politik didominasi oleh elite-elitenya, dan ini saling berkolusi membuat aturan tidak menguntungkan rakyat.

"Para elite itu tidak mengerti hubungan internasional dan kedaulatan. Itu sebabnya pembangunan hukum tersendat," ujar Mahfud.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement