REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Terhitung sejak 1 Maret 2019, gerai waralaba Alfamart tak lagi menyediakan plastik gratis untuk konsumennya. Setiap barang belanjaan yang ingin dijinjing menggunakan plastik dikenakan tarif Rp 200 per buah.
Seluruh gerai Alfamart di Kota Bandung pun menerapkan kebijakan itu. Wakil Kepala Toko salah satu gerai Alfamart di Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rizal (23 tahun) mengatakan, kebikakan itu turun dari pusat dan diikuti oleh setiap gerai yang ada.
"Setiap plastik, ukuran besar atau kecil, bayar Rp 200," kata dia saat ditemui, Selasa (5/3) sore.
Menurut dia, kebijakan itu merupakan dukungan Alfamart untuk program pemerintah yang ingin mengurangi penggunaan plastik. Karena itu, kini tak ada lagi plastik gratis di waralaba yang ada hampir di seluruh Indonesia itu.
Ia mengaku, ada beberapa konsumen yang mengeluh akibat kebijakan itu. Menurut dia, konsumen menganggap kebijkan itu tak penting.
"Cuma satu (plastik), ngapain bayar," kata dia menirukan konsumennya.
Namun, Rizal menambahkan, lebih banyak konsumen yang mengerti. Rata-rata, konsumennya paham alasan plastik berbayar.
Meski paham, konsumen waralaba Alfamart di Jalan Pajajaran itu bukan berarti mengurangi pemakaian plastik. Justru, Rizal menuturkan, konsumennya lebih memilih mengeluarkan uang Rp 200 daripada membawa tas belanja dari rumah.
"Sejauh ini, kasarnya dari 1.000 cuma satu yang bawa (tas belanja). Kebanyakan yang lebih baik bayar daripada bawa dari rumah," kata dia.
Ia mengatakan, pihaknya sebenarnya telah menawarkan tas belanja berbahan kain. Tas itu dijual di etalase yang menjadi satu dengan meja kasir. Namun, konsumen enggan membelinya walaupun harganya relatif murah, Rp 3.500.
Menurut dia, tas berbahan kain itu sudah dua tahun dijual di Alfamart, jauh sebelum munculnya kebijakan plastik berbayar. Namun, hanya satu-dua orang yang mau membelinya.
"Kebanyakan maunya pada plastik. Padahal pakai kain bisa dipakai lagi," kata dia.
Meski beberapa konsumen mengeluh, Rizal mengaku tak mengalami penurunan omzet sejak diberlakukannya plastik berbayar. Konsumen, mau tak mau, tetap membeli kebutuhannya, dengan atau tanpa plastik.
Sementara, keuntungan dari penjualan plastik akan masuk ke kas perusahaan seperti pembelian produk lainnya. "Kalau ini (jual plastik) masuknya ke perusahaan kita jadi keuntungan," kata dia.
Kebijakan plastik berbayar tak hanya dilakukan Alfamart. Gerai waralaba lainnya, Circle K juga telah menerapkan plastik tak lagi gratis untuk konsumennya.
Salah satu penjaga kasir Circle K di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SBPU) Jalan Wastukancana, Resa Aditia (23) mengatakan, kebijakan plastik berbayar telah diterapkan sejak tiga hari silam. Kini, konsumen yang ingin membawa barang belanjaannya dengan plastik Circle K harus merogoh kocek Rp 200.
Menurut dia, tak ada keluhan dari kebijakan itu. "Konsumen sudah pada tahu, kadang kantong sendiri," kata dia.
Meski tak menyediakan plastik gratis, Circle K tak membuat opsi lain kepada konsumen untuk membawa barang belanjaanya. Pilihannya hanya membeli plastik atau membawa belanjaan tanpa plastik. Tak ada tas keranjang atau tas berbahan kain yang dijual untuk membawa barang dagangan.
Republika.co.id juga mencoba mengunjungi gerai Indomaret di Jalan Laksamana RE Martadinata untuk membeli barang belanjaan. Saat hendak membayar, petugas kasir menyodorkan plastik untuk menjinjing belanjaan yang dibeli Republika.co.id. Ketika ditanya mengenai biaya plastiknya, petugas itu mengatakan gratiis.
"Masih gratis di sini," kata dia sambil memasukkan barang belanjaan itu ke dalam plastik.
Kebijakan plastik berbayar memang menuai beragam respons. Nadif (17) seorang pelajar yang berbelanja di Alfamart mengaku sebelumnya tidak tahu saat ini plastik sudah berbayar. Alhasil, ia merogoh uang Rp 200 dari kantongnya untuk membeli plastik, membawa barang belanjaannya.
"Karena butuh jadinya beli," kata siswa kelas 12 itu.
Ia sendiri tak keberatan kebijakan itu lantaran untuk mendukung program pemerintah mengurangi sampah plastik. Namun, ia menyarankan gerai waralaba menyediakan pilihan lain bagi konsumen untuk membawa barangnya.
"Kalau bisa dari Alfa dikasih tas belanja, jangan dujual, jadi gratis," kata dia.
Berdeda dengan Sari (22), salah satu konsumen yang juga belanja di Alfamart. Ia sangat mendukung kebijakan plastik berbayar. Menurut dia, hal itu penting dilakukan untuk mengurangi sampah plastik.
Lagi pula, ia merasa heran, masih ada orang yang enggan membawa tas belanjaan atau setidaknya plastik dari rumah. "Kalau ada plastik, jangan langsung dibuang ke laut. Kita bisa manfaatin bisa di-recycle. Banyak manfaatnya tapi belum terpikirkan juga sama orang lain," kata dia.