Selasa 05 Mar 2019 22:34 WIB

Ini Kata MUI Soal Larangan Mengucap Kafir pada Non-Muslim

Di dalam Alquran memang ada penyebutan kafir untuk orang yang berbeda akidah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
Kafir (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kafir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Huzaimah Tohido Yanggo, menanggapi larangan pengucapan kafir untuk non-Muslim. Larangan terbut adalah salah satu point yang menjadi salah satu hasil bahtsul masail (kajian masalah) dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2019.

Huzaimah berpendapat, di dalam Alquran memang ada penyebutan kafir untuk orang yang berbeda akidah. "Di dalam Alquran, kalau untuk umum manusia seluruhnya, apakah Muslim atau non-Muslim, itu pakai ayyuhannaas (wahai manusia)," kata dia kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (5/3).

Baca Juga

Sementara, dalam konteks Indonesia, lanjut Huzaimah, dari dulu memang tidak ada penyebutan kafir. Bahkan di dalam undang-undang pun tidak ada. Dalam konteks berwarganegara pun, kata dia, selalu dikatakan dengan sebutan nonmuslim untuk merujuk pada orang beragama selain Islam.

"Kalau kita menyebut ada yang kafir, ada yang mukmin, kan itu di kalangan kita sendiri, misalnya mungkin dalam ceramah atau apa, dan bukan saat sedang bersama mereka (nonmuslim).

Huzaimah mencontohkan acara-acara nasional yang dalam sesi pembacaan doa selalu disebutkan bahwa berdoa sesuai keyakinan masing-masing. "Enggak ada dibilang sesuai kafir atau Islam. Dan di acara nasional kan ada macam-macam agama yang hadir," ungkap dia.

Menurut Huzaimah, larangan pengucapan kafir itu tidak ada kaitannya dalam berwarganegara. Sebab di Indonesia, kata dia, ada beberapa agama yang diakui sehingga harus saling menghormati dan saling menghargai.

"Tapi tidak disuruh 'hai kafir'. Enggak ada yang bilang begitu. Hanya disuruh agar mereka kembali ke jalan yang benar. Disuruh bertaubat. Enggak pernah 'jangan kamu kafir. Hanya diajak supaya kembali ke jalan yang benar, tentu jalan yang benar itu adalah yang sesuai dengan akidah Islam," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement