REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Bank Sentral Swiss meluncurkan uang kertas baru pecahan 1.000 franc Swiss (998,90 dolar AS) pada Selasa (5/3). Pecahan tersebut menjadi uang kertas dengan nilai tertinggi di dunia dalam budaya tunai Swiss.
Bank Nasional Swiss (SNB) mengumumkan uang kertas baru berwarna ungu tersebut akan tersedia mulai 13 Maret. Uang baru muncul ketika bank-bank sentral lain mulai menyingkirkan uang kertas pecahan besar karena khawatir dimanfaatkan oleh penjahat serta pencucian uang.
"Pilihan untuk satuan tersebut merupakan urusan SNB, namun satuan yang ada sekarang sudah tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata wakil ketua Fritz Zurbruegg dalam jumpa pers. "Pecahan 1.000 franc ini bisa digunakan sebagai alat pembayar dan juga untuk disimpan karena nilainya. Pembayaran tunai masih disukai di Swiss, ini persoalan fenomena budaya."
Sejak Januari tahun ini 17 dari 19 bank sentral di zona euro berhenti menerbitkan pecahan uang kertas 500 euro. Alasannya, khawatir akan digunakan untuk kejahatan.
Bank Jerman Bundesbank dan Bank Nasional Austria akan terus menerbitkan pecahan uang kertas 500 euro hingga 26 April 2019.
SNB memantau dari dekat pembahasan tentang pelanggaran hukum, Zurbruegg mengatakan, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa penjahat menggunakan lebih banyak pecahan 1.000 franc dibanding pecahan yang lain. "Di Swiss pecahan 1.000 franc dipakai khususnya untuk membayar belanjaan yang mahal atau untuk membayar tagihan-tagihan melalui kantor pos," katanya.
Masalah keamanan
Terdapat 47 juta pecahan 1.000 franc dalam peredaran, mencapai 10,5 persen dari jumlah 62 persen seluruh uang kertas di Swiss, menurut SNB. Uang kertas baru tersebut memiliki sejumlah pengaman untuk melawan pemalsuan dan sebagai bagian untuk memperbaiki mata uang Swiss yang akan memperbarui pecahan 100 franc pada September.
Pada tahun-tahun ini pecahan uang kertas 1.000 franc dipakai yang menghindari tingkat bunga yang buruk meskipun pengaruhnya sangat kecil. Ada kecurigaan bahwa sebagian orang akan menarik uang mereka dari akun bank pada akhir tahun guna menghindari pajak.
Tingkat bunga yang rendah berarti orang tidak merugi untuk menyimpan uang di bawah kasur, meskipun Zurbruergg mengatakan tidak melihat gairah orang-orang menumpuk uang kertas. "Permintaan uang tunai meningkat pada akhir tahun selama berpuluh-puluh tahun, khususnya untuk membeli hadiah Natal atau memberi uang tunai," katanya.
"Kami menyadari bahwa suatu kajian menunjukkan faktor lain seperti kemungkinan penghindaran pajak yang menjadi persoalan bagi legislator dan pihak otoritas untuk mencegahnya."