REPUBLIKA.CO.ID, BALEENDAH -- Luapan sungai Citarum akibat hujan deras satu bulan terakhir sering merendam permukiman warga dan fasilitas publik di tiga kecamatan yaitu Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Meski beberapa hari sempat surut namun sekolah dasar (SD) Negeri 1 Andir, Baleendah menjadi salah satu lokasi yang sering terendam banjir.
Kondisi tersebut diperparah dengan letak bangunan yang berada lebih rendah dari jalan dan sungai Citarum. Akibatnya air banjir yang masuk tidak cepat surut meski hujan sudah reda atau banjir sudah surut di tempat lainnya.
Kepala SDN 1 Andir, Yeti Setiawati mengaku khawatir dengan kondisi bangunan sekolah dan fasilitas bangku dan meja belajar yang sering terendam banjir. Dan banyak fasilitas yang sudah rusak serta harus segera diperbaiki segera.
"Dua minggu lalu, ada kasi sarana (Disdik Kab Bandung) ke sekolah. Mungkin untuk minta bangunan, gak dikabul gak papa. Tapi saya ingin kusen diperbaiki karena dikhawatirkan ambruk dan bangku untuk 3 kelas 60 kursi," ujarnya, Rabu (6/3).
Ia mengungkapkan, pihaknya sudah membuat proposal untuk meminta bantuan rehab ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung. Menurutnya, saat ini satu bangunan sudah direhab dan dijadikan dua tingkat. Meski lantai satu terendam banjir, barang-barang diamankan di lantai dua.
Namun menurutnya, tiga kelas lainnya yang terpisah dengan bangunan yang sudah direhab terendam banjir. Dengan kondisi rata-rata kusen kelas yang tersisa tinggal setengahnya. Bahkan, bagian belakang kelas sudah tidak layak huni karena rusak.
"Saya udah kirim proposal ke (Disdik) Kabupaten Bandung. Kalau nggak direhab minimal kusennya diperbaharui," katanya. Menurutnya, selain kondisi kusen yang sudah banyak keropos. Tembok bagian belakang kelas sudah mengalami kerusakan dan terancam ambruk.
Sementara itu, hampir satu bulan siswa SDN 1 Andir belajar di tempat pengungsian. Meski sempat surut beberapa hari namun saat akan kembali ke sekolah kembali terendam banjir. Ketinggian banjir busa mencapai 2 meter lebih.
"Mau bersih-bersih gimana, karena membutuhkan uang. Ini sudah mau sebulan dan paling lama," katanya.
Salah seorang warga Kampung Bojong Asih, Esih (62 tahun) mengaku rumah yang ditinggalinya dan terendam banjir sudah mengalami kerusakan parah. Namun, karena tidak memiliki uang, ia merehab rumah semampunya. Dirinya berkeinginan menjual rumahnya namun tidak ada yang berminat.
"Ingin pindah rumah, terus dijual rumah ini tidak laku dan sudah pada rusak semua," katanya.