Rabu 06 Mar 2019 18:19 WIB

Kang Abik: Kebudayaan Islam Harus Bercirikan Tauhid

Seni bisa begitu lekat dengan nilai-nilai Islam.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu koleksi Museum Seni Islam Berlin
Salah satu koleksi Museum Seni Islam Berlin

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Novelis Habiburrahman El Shirazy mengatakan soal keterikatan budaya dan Islam, ia menekankan kita harus lebih dulu memahami prinsip Islam. Dari sana, kita baru bisa menempatkan budaya dan syariat secara tepat.

"Dan ciri-ciri kebudayaan Islam itu, baik berupa nyanyian, rupa atau lukisan, harus ada ciri-ciri tauhid," kata Abik.

Abik menjelaskan, dalam menggambar lukisan misalnya, menikmatinya tentu harus sesuai dengan roh Islam. Contoh sederhananya bisa dilihat dari masjid-masjid di Turki, yaitu dalam seni kaligrafi yang ukirannya begitu indah.

Di Indonesia, Sunan Kalijaga sejak lama telah mencontohkan bagaimana seni bisa begitu lekat dengan nilai-nilai Islam. Semua cerita pewayangan bisa dicelupkan nilai-nilai Islam tanpa mengubah sejarahnya sama sekali.

"Ketika Sunan Kalijaga melihat ada cerita yang tidak sesuai Islam, Sunan Kalijaga tidak mengikuti pakemnya tapi mengikuti syariat, dari sana bisa dilihat bagaimana pakem yang tidak sesuai justru diubah sesuai syariat," ujar Abik.

Dia menilai keinginan terbesar setiap manusia sudah pasti kebahagiaan. Seperti kata Al Ghazali dalam Kimia Kebahagiaan, kebahagiaan jadi perjuangan tertinggi manusia.

"Kata Al Ghazali, untuk mencapai ketenangan jiwa, kita harus membereskan nikmat jasmani terlebih dulu, jadi bahagia secara jasmani," kata Kang Abik saat mengisi kajian Seneng Takon di Musala Baitul Jannah Bantul beberapa waktu lalu.

Ia menerangkan, bagi mata, bahagia tentu saja bisa melihat sesuatu yang indah. Begitu pula bagi telinga dan hidung, bahagia berarti bisa mendengarkan sesuatu yang indah atau mencium suatu aroma yang wangi.

Abik turut mengambil contoh ketika Rasulullah SAW memilih Bilal bin Rabbah sebagai muazin. Pemilihan itu tidak lain lantaran suara Bilal yang begitu indah yang bahkan bisa dinikmati bayi yang belum mengerti apa-apa.

Tapi, puncak keindahan yang bisa dinikmati manusia tidak cuma dari jasad karena puncak kebahagiaan manusia itu ada di ruh. Imam Ghazali mengatakan puncaknya adalah saat manusia bisa mengenal Allah SWT dan bisa dekat dengan Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement