Rabu 06 Mar 2019 18:32 WIB

Australia: Pencari Suaka Bisa Berobat ke Pulau Christmas

Pencari suaka yang dianggap berisiko secara medis akan dikirim ke Pulau Christmas.

Red: Nur Aini
Perdana Menteri Australia Scott Morrison
Perdana Menteri Australia Scott Morrison

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison direncanakan akan mengunjungi Pulau Christmas pada hari ini, Rabu (6/3). Ia akan mengumumkan bahwa ke pulau inilah nantinya para pencari suaka di Pulau Manus dan Nauru yang dianggap "berisiko" bagi Australia akan dikirim jika mereka mengajukan permohonan berobat berdasarkan UU transfer medis.

Ini akan menjadi pertama kalinya seorang perdana menteri yang sedang menjabat mengunjungi wilayah di luar Australia, yang secara geografis lebih dekat daripada ke Indonesia. PM Scott Morrison pernah berkunjung ke Pulau Christmas pada 2011 ketika menjabat sebagai menteri bayangan, bersama dengan pemimpin oposisi Tony Abbott.

Baca Juga

PM Scott Morrison baru-baru ini mengumumkan Pusat Penahanan Pulau Christmas akan dibuka kembali setelah undang-undang transfer medis tersebut berhasil disahkan oleh parlemen. Keputusan yang bertentangan dengan kehendak Pemerintah itu memberikan kewenangan lebih besar bagi dokter untuk memberikan pendapat mengenai apakah pencari suaka di Pulau Nauru dan Pulau Manus dapat dipindahkan ke Australia untuk menjalani perawatan medis.

Hari ini, dia akan mengatakan siapa pun di Manus atau Nauru yang dianggap berisiko bagi Australia akan dikirim ke fasilitas North West Point yang sangat aman jika mereka mengajukan permohonan transfer medis berdasarkan undang-undang tersebut.

Dapat dipahami bahwa pencari suaka yang dimaksud termasuk 57 pria yang saat ini berada di Manus dan Nauru. Beberapa di antaranya dituduh melakukan pembunuhan, berperilaku yang tidak pantas, atau terlibat dalam aktivitas terorisme.

Warga setempat mengatakan telah ada arus masuk polisi dan staf keamanan di Pulau Christmas sejak PM Scott Morrison mengumumkan pusat penahanan tersebut akan dibuka kembali. Seorang sopir taksi di Pulau Christmas, Chris Carr, mengatakan situasi itu baik untuk beberapa bisnis lokal.

"Restoran-restoran akan diuntungkan dan perusahaan minuman, supermarket dan semacamnya," katanya.

Sejumlah iklan lowongan pekerjaan baru-baru ini telah diterbitkan yang mencari tambahan staf medis. Meski demikian, Christ Carr - yang putranya memiliki autisme - mengatakan pulau itu tidak dilengkapi untuk berurusan dengan pencari suaka yang sakit.

"Kami tidak memiliki pekerja kesehatan mental yang tepat di sini dan satu-satunya waktu kami mendapatkannya adalah ketika [penyedia layanan swasta] SERCO datang dengan para pengungsi," katanya.

"Saya tidak punya masalah dengan para pengungsi, jangan salah, tapi pemerintahlah yang kami salahkan karena mereka tidak mendengarkan kita, mereka tidak mengakui apa kebutuhan kita dan kebutuhan orang lain selalu didahului."

Jon Stanhope adalah administrator yang ditunjuk Pemerintah Persemakmuran di Pulau Christmas sejak 2012-2014. Menurutnya pulau tersebut tidak diatur untuk berurusan dengan pencari suaka yang sakit juga.

"Keputusan itu benar-benar aneh, itu keputusan yang sangat aneh, keputusan yang didorong oleh politik dan bukan oleh kepraktisan," katanya.

"Tidak ada operasi yang dapat dilakukan di Pulau Christmas, belum ada wanita yang melahirkan di pulau ini saya kira selama beberapa dekade, adan tingkat layanan yang sangat minim di rumah sakit seperti saat ini dikonfigurasi dan staf.

"Mayoritas penduduk Pulau Natal yang memiliki masalah kesehatan akan pergi berobat ke Perth, memang beberapa penduduk akan pergi berobat ke Malaysia atau China atau ke Singapura atau ke Malaya untuk mendapat beberapa layanan kesehatan mereka, saya tahu banyak anggota warga di Pulau Christmas yang berkebangsaan Melayu memeriksa kesehatan gigi mereka ke dokter gigi di Malaya. "

 

Jon Stanhope yang juga mantan menteri utama Partai Buruh untuk kawasan ACT, dan meskipun dia yakin keputusan PM Scott Morrison untuk membuka kembali pusat penahanan pencari suaka itu bersifat politis, dia mengatakan dia juga ingin lebih teliti terhadap posisi Partai Buruh.

"Ini keputusan yang saya yakini telah didasarkan pada keinginan Perdana Menteri untuk menanggapi fakta bahwa dia telah kehilangan kendali atas suatu isu, bahwa dia sekarang ingin terlihat tangguh, dia ingin terlihat seperti dia mengendalikan masalah para pencari suaka yang datang kembali ke Australia, dia ingin terlihat tangguh dalam konteks perdebatan tentang patroli perbatasan, "katanya.

"Tapi saya juga percaya itu juga opsi yang nyaman untuk Partai Buruh.

"Saya tidak pernah lupa bahwa pihak saya, Partai Buruh, yang mengirim pencari suaka ke Nauru dan Manus hampir enam tahun yang lalu dan Pemimpin oposisi Bill Shorten dan para kolega di dalam Partai Buruh menganggapnya sebagai gangguan yang sangat tidak menyenangkan menghadapi pertanyaan 'jika Anda memenangkan pemilihan umum, Bill Shorten, apa yang akan Anda lakukan terhadap hampir 1.000 pencari suaka yang tersisa di Manus dan Nauru'. "

Sudah berbagai organisasi advokasi, termasuk Amnesty International dan Pusat Hukum Hak Asasi Manusia, telah bersatu dan membentuk kelompok yang mereka katakan akan bekerja dengan dokter untuk memastikan orang sakit di pulau Nauru dan Manus dapat diterbangkan ke Australia dengan cepat.

Pertanyaan kuncinya adalah apakah mereka yang tidak dianggap berisiko akan dikirim ke Pulau Christmas atau ke daratan.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-03-06/pencari-suaka-berobat-di-pulau-christmas/10877336
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement