REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan pengacara pribadi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Michael Cohen memberikan kesaksian di depan Kongres lagi pada Rabu (6/3). Kesaksian digelar sepekan setelah menuduh mantan bosnya seorang yang rasis, penipu dan curang.
Penampilan Cohen sepanjang hari di depan House Intelligence Committee diadakan secara tertutup. Ini adalah wawancara terjadwal keempat, dan terakhir dengan panel kongres.
Cohen membuat komentar singkat kepada wartawan saat memberikan kesaksiannya. "Saya percaya bahwa semua anggota puas dengan pernyataan dan tanggapan yang saya berikan kepada mereka," kata warga New York berusia 52 tahun itu seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Kamis (7/3).
Cohen tiba untuk audiensi membawa koper penuh dokumen. Ia mengatakan, siap untuk memberikan informasi tambahan yang mungkin dibutuhkan anggota komite ketika mereka menyelidiki campur tangan Rusia dalam pemilu 2016. Termasu soal apakah ada anggota kampanye Trump yang berkoordinasi dengan Moskow.
Ketua Demokrat dari House Intelligence Committee, Adam Schiff mengatakan, Cohen telah bekerja sama sepenuhnya. Schiff mengungkapkan, Cohen telah memberikan kesaksian penting, dan materi yang relevan dengan inti penyelidikan. "Kesaksiannya akan memungkinkan kami untuk memajukan penyelidikan kami secara substansial," kata dia.
Cohen memberikan kesaksian dalam sesi tertutup di hadapan House Intelligence Committee, dan Komite Intelijen Senat pekan lalu. Sementara Cohen memulai hukuman tiga tahun karena penipuan, penggelapan pajak, kontribusi kampanye ilegal dan berbohong kepada Kongres.
Ia menyatakan penyesalannya di sidang terbuka selama beberapa tahun pengabdiannya kepada Trump. Cohen mengaku diminta oleh Trump untuk berbohong tentang pembayaran diam-diam yang dilakukan kepada seorang aktris guna membungkam tentang perselingkuhan pada 2006.
Ia mengatakan, Trump mengetahui pada pertengahan 2016 bahwa WikiLeaks akan mempublikasikan email yang dicuri oleh Rusia dari kampanye Hillary Clinton.