Jumat 08 Mar 2019 10:54 WIB

Ketua DPR Nilai TNI Perlu Operasi Ofensif Tumpas KKB

Ketua DPR juga menyampaikan belasungkawa atas gugurnya tiga prajurit TNI

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Jakarta, Kamis (31/1).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Jakarta, Kamis (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai TNI perlu melakukan operasi yang lebih ofensif, dalam menumpas gerakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua dan sekitarnya. Ketua DPR juga menyampaikan belasungkawa atas gugurnya tiga prajurit TNI, dalam kontak senjata dengan KKB di Nduga, Papua, Kamis (7/3) kemarin.

"Setelah tewas sejumlah prajurit TNI dan warga sipil, diperlukan respons yang lebih tegas dan terukur. Karena itu, operasi yang lebih ofensif tampaknya sangat diperlukan untuk menumpas gerakan KKB di Nduga dan sekitarnya," kata Bambang, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu berbelasungkawa atas meninggal tiga prajurit TNI dalam kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua, Kamis (7/3). Menurutnya, untuk menjaga moral seluruh prajurit yang bertugas di Nduga, pemerintah dan TNI harus mengeskalasi kekuatan atau penambahan pasukan di Nduga.

"Dengan kekuatan yang lebih memadai, saya juga mendorong dilakukan eskalasi operasi," ujarnya lagi.

Bamsoet menilai dari kronologi peristiwa kontak senjata pada Kamis (7/3), terkesan kekuatan KKB tidak bisa dianggap remeh karena masih mampu memberi perlawanan dan mengganggu proses evakuasi ketika helikopter yang akan mengangkut prajurit TNI yang gugur masih ditembaki KKB. Selain itu, menurut dia, kemampuan KKB membawa lari jenazah rekan mereka yang tewas, juga membuktikan kekuatan KKB yaitu memiliki markas dan tempat-tempat persembunyian di Nduga.

"Operasi yang lebih ofensif diperlukan untuk menjangkau dan menemukan tempat-tempat persembunyian KKB," katanya pula.

Bamsoet mengatakan, selain memperkuat moral prajurit TNI, operasi yang lebih ofensif secara tidak langsung akan meningkatkan aspek pengamanan proses pembangunan infrastruktur di Nduga. Menurutnya, pembangunan di Papua hendaknya tidak boleh dihambat gerakan KKB. Selain itu, dia menilai, penghormatan kepada ketiga prajurit yang tewas harus dilakukan negara melalui TNI dan memberi penghargaan serta apresiasi kepada keluarga yang ditinggalkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement