Jumat 08 Mar 2019 13:31 WIB

Geliat Syiar Islam di Senegal

Islam bukan agama baru di Senegal.

Muslim Senegal
Foto: AP
Muslim Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Islam bukan agama baru di Senegal. Sebanyak 92 persen masyarakat di sana adalah Muslim. Mereka aktif di berbagai dimensi kehidupan. Ada yang menjadi pengusaha, aparatur negara, atau pun karyawan.

Agama ini diperkirakan telah hadir di Senegal sejak abad ke-11. Ketika itu Muslim sufi datang melalui jalur perdagangan, di saat Prancis menjajah negara tersebut. Pemerintah kolonial tak mendapatkan tempat di hati rakyat negeri itu.

Masyarakat berlindung kepada ulama yang menyebarluaskan ajaran agama. Pesan takwa yang terkandung di dalamnya menjadi solusi permasalahan yang mereka hadapi. Masyarakat yang mencintai Islam berkumpul dalam sejumlah tarekat, seperti Tijaniyah, Qadiriyah, dan lainnya.

Pendekatan sufistik dalam dakwah Islam di sana sangat diterima masyarakat setempat. Sebabnya, adat-istiadat mereka tidak berbenturan dengan Islam. Kultur dan aga ma menyatu menjadi nilai yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kebaikan.

Kondisi itu tak hanya menyentuh kalangan sipil, tapi juga bangsawan. Raja Takrur, Perang Jabi pada 1040. Raja berusaha untuk mengajak rakyatnya memeluk Islam, yang sekarang disebut sebagai Tukulors atau orang Toucouleur. Namun kerajaan lain, seperti Jolof, menolak Islam dan lebih mendukung agama tradisional mereka.

Islam tak banyak mendapat respons di daerah kerajaan tersebut. Dalam perkembangannya, Islam tak hanya menjadi agama yang normatif. Dia menjelma menjadi penggerak kesadaran masyarakat dalam berbagai bidang. Pada abad ke-17-18 Islam menjadi kekuatan politik dan militer. Ajarannya menjadi hukum dan pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement