Jumat 08 Mar 2019 14:00 WIB

Muslim Senegal Tangkal Terorisme

Dakwah Islam di Senegal dipengaruhi dua tarekat sufi.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Senegal
Foto: Reuters
Muslim Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Martin Van Bruinessen (ed) dalam Sufism and the Modern in Islam (2007) menyebutkan, pada masa penjajahan Prancis, pengikut tarekat ini banyak yang menjadi petani kacang. Mereka menjual hasil panennya kepada penjajah. Kemudian mereka membuat jaringan penjualan hasil panen sendiri, mulai pengepul hingga pengolah menjadi produk yang diperdagangkan di pasar

Selain petani, pengikut tarekat ini juga berasal dari kalangan politikus yang 'dibuang'. Prancis menganggap mereka sebagai ancaman. Orang-orang tersebut diburu dan dicari-cari. Pendiri Mouride, Syekh Amadou Bamba ditangkap dua kali oleh pemerintah kolonial.

Baca Juga

Ketidakadilan ini justru meningkatkan popularitasnya dan penghormatan mourides kepada pemimpin mereka. Syekh Bamba dihormati sebagai pemimpin penting perlawanan di Senegal hingga detik ini.

Ada juga kelompok Muslim yang lebih 'main aman'. Mereka bekerja sama dengan Prancis sehingga memegang beberapa posisi dalam pemerintahan kolonial. Islam di Senegal Kini Buku World Almanac of Islamism (2014) mencatat, setelah 11 September 2001, Presiden Senegal Abdoulayeh Wade mengatur dan menyelenggarakan pertemuan puncak antiterorisme.

Dia menyerukan kepada negara-negara Afrika untuk menandatangani deklarasi yang mengecam terorisme dan menganggap mereka sebagai ekstremis dan non-pribumi. Saat ini, Islam di Senegal digerakkan dua tarekat sufi: Tijaniyah dan Muridiyyah. Tarekat yang kedua sangat terorganisasi.

Masyarakat banyak bergabung di dalamnya. Orang dapat menjadi anggota tarekat ini melalui jalur keluarga dan dengan mendeklarasikan kesetiaan kepada murabit. Tradisi sufisme menjadi daya tarik yang sangat disukai masyarakat. Para ahli tasawuf mengajak masyarakat untuk introspeksi diri.

Awalnya dengan mengakui dosa (tobat) dan zikir yang konsisten. Kemudian dilanjutkan dengan menjaga perilaku. Gaya dakwah seperti itu tak berbenturan dengan kultur setempat. Masyarakat berbondong-bondong untuk ikut bergabung. Mereka menyatakan ketundukannya kepada murabit.

Lambat laun tarekat mengarah menjadi gerakan politik. Massa tarekat menjadi sangat diperhitungkan, karena mengakar dan memiliki jaringan luas. Ada yang memanfaatkan jalur keluarga, bisnis, pendidikan, dan lainnya. Apa kata murabit pasti didengar dan dilaksanakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement