REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbicara tentang orang-orang Hadhrami tidak lepas dari cabang keturunan Nabi Muhammad SAW yang berkembang di sana. Buku Ensiklopedi Islam untuk Pelajar mengungkapkan, Ahmad bin Isa (873-956) merupakan leluhur kaum Sayyid (jamak: Saadah).
Baca juga: Sejarah Keturunan Hadhrami, dari Yaman hingga Indonesia (1)
Dari Basrah (Irak), tokoh tersebut datang ke Hadhramaut, melalui Madinah dan Makkah, demi menghindari prahara politik pada 931. Sayyid berarti secara harfiah ‘tuan’ tetapi kemudian menjadi gelar untuk keturunan Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW dari garis Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Sementara itu, sebutan syarif ditujukan bagi keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Kaum syarif cenderung menyebar di Afrika Utara dan Asia Barat. Beberapa sempat menduduki pemerintahan sebagai gubernur atau raja. Sebagai contoh, penguasa Maroko sekarang, Raja Muhammad VI, berasal dari Dinasti al-‘Alawiyyin al-Filalliyyin yang sampai pada Hasan bin Ali.
Demikian pula dengan Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki (1947/1948-2004), seorang ulama tradisionalis di Makkah. Agak berlainan dengan mereka, kaum sayyid cenderung berdiaspora maritim ke India dan Nusantara.
Ahmad bin Isa merupakan generasi kedelapan dari keluarga Fatimah dan Ali. Sosok yang berjulukan al-Muhajir itu awalnya kerap mengalami penolakan dari penduduk Hadhramaut.
Namun, perlahan-lahan dakwahnya berhasil sehingga memiliki pengikut untuk mengembangkan ajaran Islam. Masyarakat kemudian tidak hanya mengakuinya sayyid keturunan Rasulullah SAW. Mereka juga mencintainya sebagai figur panutan.
Ahmad al-Muhajir memiliki empat orang putra, yakni Ali, Hussain, Muhammad, dan Ubaidillah.
Sang bungsu menyertainya hijrah dari Basrah ke Hadhramaut. Ubaidillah kemudian punya tiga orang anak, yaitu Alwi, Jadid, dan Basri. Catatan seputar keturunan Jadid dan Basri tidak terdeteksi sejak abad keenam Hijriah. Hal itu berbeda daripada Alwi sebagai sayyid pertama yang lahir di Hadhramaut.
Rekaman genealogisnya terus tercatat bahkan hingga masa kini. Jadilah sayyid keturunan Ahmad al-Muhajir disebut sebagai Ba’Alawi atau Alawiyin. Demikian dipaparkan Nourellyssa dalam memoarnya, My Journey to the Land of Love: Hadramawt-Tarim.
Di Hadhramaut, kaum sayyid menjadi kelas sosial dengan kedudukan tertinggi. Kalangan ini selalu diminta bantuannya dalam meredakan konflik antarsuku. Strata sosial di bawah mereka adalah masayekh dan qabail. Masayekh terdiri atas kaum cendekiawan Muslim di luar kelompok sayyid.
Sebelum kedatangan keluarga Ahmad bin Isa, golongan ini menduduki posisi terpenting di tengah masyarakat setempat, tetapi kemudian tergantikan kaum sayyid. Sementara itu, qabail merujuk pada faksi prajurit yang siap bertempur dengan perintah kepala suku. Kaum pekerja kasar, semisal nelayan dan petani, menduduki posisi terbawah.