Sabtu 09 Mar 2019 11:00 WIB

Milenial Muslim Bersatu Kritik Nissa Sabyan Berpolitik

Nissa Sabyan disebut tak boleh dijadikan alat politik untuk meraup suara milenial.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Vokalis Sabya Gambus - Nissa Sabyan
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Vokalis Sabya Gambus - Nissa Sabyan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Milenial Muslim Bersatu (MMB) Khairul Anam mengatakan kelompoknya sangat menyayangkan langkah yang diambil oleh Nissa "Sabyan" untuk terjun ke politik. Ia melihat, grup musik religi yang banyak digandrungi kaum milenial Indonesia itu semula menjadi pemersatu dan kini menjadi pemecah belah karena telah dimanfaatkan oleh politikus tertentu yang ingin berkuasa.

"Jangan sampai karena demi pundi-pundi pendapatan lalu mengorbankan para penggemar hingga terpolarisasi," ujar Anam, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (8/3).

Hal senada diungkapkan Ketua MMB Jawa Timur Saidah. Ia menyampaikan ketenaran Nissa "Sabyan" tak boleh dijadikan alat untuk meraup suara kaum milenial. Saidah tak ingin cinta para penggemar kepada sang idola tergadai karena keterlibatan Nissa dalam mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02.

"Kami tidak pernah habis pikir ya, seorang Nissa Sabyan yang penggemarnya sudah jutaan di seantero negeri bisa ikut terlibat dalam politik. Sebagai salah satu penggemarnya, saya tentu menolak langkah yang diambil oleh Nissa dan grupnya ini," kata Saidah.

Meski begitu, Saidah mengakui berpolitik merupakan hak setiap warga negara. Apalagi Indonesia menganut sistem demokrasi dalam menentukan pemimpin ke depannya.

Namun, Saidah menyarankan agar musisi seperti Nissa "Sabyan" tidak ikut terlibat dalam politik praktis. Ia menilai lebih baik jika grup musik itu fokus pada karier dan terus melantunkan lagu-lagunya yang bergenre musik gambus dengan tetap terus menebarkan keislaman, kasih sayang, dan persaudaraan.

"Jangan racuni kariermu dengan intrik politik yang mempunyai nilai berbeda tentunya," ujar Saidah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement