REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin (TKN) mengamati kelompok radikal yang berkamuflase di balik partai politik. Hal ini pernah disinggung oleh sejumlah pihak, seperti Nahdlatul Ulama (NU) maupun Indonesia Police Watch (IPW).
Juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily mengatakan, partai koalisi Jokowi-Ma’ruf menentang radikalisme. Ia menekankan TKN tidak akan berkompromi dengan radikalisme.
"Kami menjamin seluruh partai koalisi Jokowi-Ma’ruf tidak ada yang memberi ruang untuk kelompok radikal. Kami dapat pastikan, partai koalisi tidak ada yang menjadikan agama dan ideologi tertentu selain Pancasila, sebagai komoditas politik," katanya dalam keterangan resmi pada Ahad, (10/3).
Politisi Golkar itu meminta aparat keamanan fokus menangani radikalisme. Sebab ia khawatir kelompok radikal menyusupkan kepentingan dalam Pemilu 2019.
"Kami turut melihat bahwa pernyataan IPW sekaligus menjadi low alert bagi para petugas keamanan, untuk tidak lengah dan tidak terpecah konsentrasinya dalam menjaga pemilihan umum, maupun situasi kondusif di sejumlah wilayah," ujarnya.
Sebelumnya, IPW menyebut kelompok radikal dan eks teroris tumbuh subur dan bangkit di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Papua karena konsentrasi kepolisian sedang fokus pada Pemilu 2019.
Rentetan pembakaran mobil di Jawa Tengah dan penembakan yang terus terjadi di Papua disebut IPW merupakan gambaran bahwa kelompok kelompok radikal mendapat peluang untuk beraksi.