REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Jawa Barat (Jabar) Joko Widodo-KH Maruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan saat ini yang paling banyak terkena hoaks ialah masyarakat kelas menengah. Di mana, mereka banyak tinggal seperti perkotaan.
"Dulu bicara tematik atau akademis, tapi sekarang harus ngomong yang sebenarnya. Karena konsumsi medianya bukan media akademik, jadi berita yang tidak masuk akal dipercaya," kata Dedi Mulyadi seusai Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Ahad (11/3).
Dia mengatakan harus tegas dalam menanggapi segala bentuk hoaks yang beredar, terutama yang terus dituding kepada pasangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.
Menurut Dedi, hoaks yang menjadi pembicaraan di publik Jawa Barat, banyak dipercaya oleh masyarakat.
Hal tersebut, dinilai mengkhawatirkan jika terus dibiarkan dan Dedi Mulyadi mengatakan salah satu hoaks, seperti dilarangnya berkumandangnya suara adzan. Menurutnya hal tersebut, sangat tidak masuk akal, karena selama pemerintahan Jokowi saat ini untuk seperti itu tidak ada.
"Apalagi dengan calon wakil presidennya adalah Pak Jusuf Kalla juga orang dewan masjid. Sekarang kebebasan beribadah jalan, tempat-tempat ibadah dibangun dan siapa yang mengatakan pelajaran agama dihapus. Jadi tidak masuk akal tapi dipercaya publik," ucapnya.
Oleh karena itu, Ia mengatakan bahwa Jokowi tidak bisa lagi bergaya Jawa yang hanya berupa sindiran halus namun harus mengatakan apa adanya, dalam meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. "Maka Jokowi tidak bisa ngomong bahasa sastra lagi, gaya Solo enggak bisa lagi, tapi harus bahasa Jakarta," katanya, menegaskan.