REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam (PTBA) sebagai salah satu perusahaan batu bara pelat merah mencatatkan kenaikan laba bersih di sepanjang tahun 2018. Tercatat, laba bersih perusahaan sebesar Rp 5,02 triliun atau naik 112 persen dibandingkan 2017.
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin mengatakan, kenaikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena didukung dengan adanya kenaikan pendapatan perusahaan. Tercatat, pendapatan perusahaan sepanjang 2018 sebesar Rp 21,17 triliun. Pendapatan ini naik sembilan persen dibandingkan 2017.
"Kami harus akui di 2018 banyak sekali tantangan. Namun, hasil akhir yang cukup memuaskan membuktikan perusahaan bisa mengatasi turbulensi yang terjadi sepanjang 2018," ujar Arviyan di Hotel Fairmount, Senin (11/3).
Peningkatan pendapatan dan laba pada 2018 kemarin didukung oleh penjualan domestik dan ekspor yang cukup baik pada tahun lalu. Arviyan mengungkapkan, pasar domestik berkontribusi sebesar 59 persen atas total penjualan dan sisanya 41 persen merupakan pasar ekspor.
Ia menjelaskan pasar ekspor yang sedang membaik kemarin membuat PTBA cukup mendapatkan pendapatan yang bagus di tengah pasar domestik dan kebijakan pemerintah atas harga khusus bagi PLN. Ia mengatakan, pasar ekspor cukup membuat keuangan perusahaan lebih baik.
"Kemarin kan ada kebijakan DMO 70 dolar AS itu saat harga lagi bagus bagusnya. Tentu itu berpengaruh pada pendapatan. Namun, ternyata masih terjaga dengan pasar ekspor yang cukup menarik. Ekspor kita jual kalori tnggi dan jumlahnya dua kali lebih besar dari 2017," ujar Arviyan.
Catatan keuangan ini juga didukung oleh peningkatan produksi perusahaan. Pada tahun lalu, perusahaan memproduksi batu bara sebanyak 26,4 juta ton. Angka ini naik tujuh persen jika dibandingkan dengan produksi 2017 yang sebesar 24,5 juta ton.
"Soal angkutan juga naik enam persen. Ini sejalan dengan kesiapan angkutan batu bara kereta api. Kami juga akan meningkatkan logistik kta ini untuk meningkatkan produksi kita," ujar Arviyan.
Sedangkan untuk realisasi investasi kata Arviyan pada 2018 kemarin perusahaan menghabiskan sebesar Rp 6,55 triliun untuk investasi. Sebanyak Rp 1,32 triliun digunakan perusahaan untuk melakukan investasi rutin untuk pemeliharaan dan operasional pertambangan. Sedangkan Rp 5,23 triliun untuk investasi pengembangan.