REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Presiden Aljazair Abdelaziz Boutefika sudah mendarat di Aljir, ibu kota Aljazair. Ia langsung meninggalkan bandara dengan rombongnya. Boutefika meninggalkan negaranya selama dua pekan untuk menjalani perawatan medis di Swiss.
Kepulangan Boutefika ini terjadi tepat ketika rakyat Aljazair menggelar unjuk rasa besar-besaran, yang memintanya untuk menarik pencalonannya dalam pemilihan umum pada bulan April mendatang.
Boutefika terserang stroke pada 2013 dan sudah sangat jarang tampil di hadapan publik. Sejak ia memutuskan untuk maju lagi dalam pemilihan presiden tahun ini rakyat Aljazair menggelar unjuk rasa besar-besaran menentang keputusannya tersebut.
Senin (11/3) Boutefika tiba di pangkalan udara militer Boufarik di sebelah selatan ibukota Aljir. Dalam tayangan stasiun televisi swasta Ennahar terlihat Boutefika masuk ke dalam mobil, ia mengenakan topi.
Boutefika tidak tinggal kediaman presiden. Tapi, di rumahnya yang terletak di Zeralda, pinggir kota Aljir.
NBC News melaporkan kantor berita Aljazair Algeria Press Service sudah mengkonfirmasi kepulangan Boutefika dari Swiss. "(Presiden) Usai melakukan kunjungan pribadi ke Jenewa untuk menjalani pemeriksaan medis berkala," kata APS News.
Struktur kekuasaan Aljazair terguncang karena protes rakyat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Mereka turun ke jalan untuk menghentikan Boutefika kembali berkuasa untuk periode kelimanya. Mereka juga memprotes korupsi dan upaya mempertahankan Boutefika di kursi presiden meski sakit.
Demontrasi besar-besaran terjadi tepat ketika Boutefika pulang. Sejumlah toko di Aljir dan kota-kota lainnya tutup. Beberapa petinggi partai berusaha menarik simpati pengunjuk rasa dengan mendukung mereka, seakan-akan mereka turut menjadi bagian dalam upaya perubahan struktur politik di Aljazair.
Partai berkuasa National Liberation Front (NLF) mengatakan akan berusaha mencari cara mengakhiri krisis ini. "Dengan harga yang paling murah untuk negeri ini," kata mereka.
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Aljazair Ahmed Gaid Salah mengatakan tentara dan rakyat memiliki visi yang sama tentang masa depan. Ribuan diaspora Aljazair juga melakukan unjuk rasa di Paris dan kota-kota di Prancis lainnya. Unjuk rasa juga digelar di Rabat, Maroko.
Siswa sekolah SMP dan SMA di Aljazair juga ikut dalam unjuk rasa ini. Beberapa ratus siswa berbaris di tengah kota Aljir. Mereka juga meminta Boutefika untuk menarik pencalonannya.
"Sejak saya lahir, satu-satunya presiden yang saya tahu Boutefika," kata gadis muda Amina yang ikut unjuk rasa.
Rakyat, mahasiswa dan siswa Aljazair mulai melakukan unjuk rasa damai pada 22 Febuari lalu. Gerakan ini juga meminta perubahan sistem pemerintah yang membuat Boutefika tetap menjadi presiden dan memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam struktur politik Aljazair.
"Anak-anak ini tidak memiliki kalkulasi politik, mereka baru berusia 13 tahun," kata seorang ibu yang berdiri di pinggir unjuk rasa, Karim Zaid.
Boutefika pertama kali terpilih pada 1999. Selain Ahmed Ben Bella, ia menjadi presiden sipil pertama di negara Afrika Utara itu.