REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Awalnya, ibu Siti Aisyah, Benah, pura-pura tidak mengenali putrinya sendiri karena tidak bisa menghadapi pertanyaan soal putri tercinta yang dituduh melakukan pembunuhan keji. Delapan belas bulan kemudian, Benah berdoa agar semuanya segera berakhir.
Dalam panggilan telepon dari penjara, Siti mengatakan kepada ibunya para tersangka ditipu untuk meyakini mereka ikut serta dalam acara reality show TV. Benah menceritakan putrinya mengatakan ia dibayar untuk melakukan yang ia percayai adalah lelucon semata.
"Dia mengatakan kepada saya: "Bu, semua ini adalah tipuan, saya ditipu," ujar Benah, dilansir di The Guardian.
Pengacara Siti mengatakan, mereka dibayar untuk berperan dalam lelucon serupa di bandara, hotel, dan pusat perbelanjaan di hari-hari sebelum kematian Kim. Siti menelepon ibunya beberapa hari sekali. Kadang ia tertawa untuk menghibur diri dan ibunya.
Panggilan telepon kepada Siti ditutup pada lima menit. Waktu yang hampir tidak mencukupi bagi ibunya untuk mendengar cerita lengkap bagaimana ia terlibat. Terakhir kali, Benah melihat putri satu-satunya ketika ia pergi dari rumah dan mengatakan ia akan menjadi bintang TV.
"Bu, aku akan menjadi seorang aktris. Aku punya tawaran dan peran bermain trik," ujar Benah mengingat kata-kata putrinya.
"Saya memintanya memastikan itu halal, dan dia berkata 'tentu saja ibu, itu halal," cerita Benah.
Benah dan suaminya, Asria, tinggal di rumah bercat kuning sederhana di sebuah desa di Serang, Banten yang dikelilingi sawah dan pohon pisang. Setiap hari Asria berjalan kaki untuk menjual rempah-rempah, kunyit dan jahe, sementara Benah menjaga rumah.
Tidak ada keluarga yang meninggalkan rumah sebelumnya. Setelah Siti ditangkap, kementerian luar negeri membantu mengatur paspor agar bisa mengunjungi putrinya. Namun, pergi ke Kuala Lumpur adalah ide yang menakutkan.
"Saya pikir saya tidak bisa pergi ke sana (ke Kuala Lumpur) sendirian, saya tidak tahu apa-apa tentang jalan atau ke mana harus pergi. Di mana saya akan tidur dan makan? Saya dari desa, ini merupakan kejutan budaya bagi saya," ujar Benah.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Siti pindah ke Jakarta pada usia remaja untuk bekerja di pabrik pakaian. Beberapa tahun kemudian dia menikahi putra pemilik pabrik dan melahirkan putra bernama Rio ketika dia berusia 18 tahun.
Anak itu tinggal bersama ayahnya. Dia diasuh kakek neneknya dan tahu ibunya ada di penjara.
Ketika pernikahannya hancur pada 2012, Siti pindah ke kota Batam, Indonesia, dengan naik feri dari Singapura. Di sana ia bekerja di sebuah toko pakaian dan bermimipi menjadi penata rias.
Sebelum dinyatakan bebas, Benah berharap ketika Siti pulang mereka akan memasak, membaca Alquran bersama, dan tidur di kamar yang sama sehingga mereka dekat. "Saya percaya dia akan dibebaskan karena dia tidak bersalah. Dia tidak pernah bermaksud membunuh siapa pun. Dia adalah putriku dan aku percaya padanya," ujar Benah.