REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lantas, bagaimana Islam bisa menyentuh Filipina? Kehadiran agama ini di Filipina berkaitan dengan konteks nusantara pada umumnya.
Sejarah mencatat, Islam masuk ke Nusantara secara masif pada abad ke-13. Sementara, Islam menyentuh daratan Filipina sekitar abad ke-12 sampai ke-13. Masyarakat Muslim setempat juga meyakini itu.
Di Filipina, para pendakwah Islam menyebar menjadi kekuatan politik sehingga terbentuklah kesultanan-kesultanan Islam. Syarif Abu Bakar merupakan raja pertama di Kesultanan Islam Sulu.
Sementara itu, Syarif Kabungsuwan menjadi penguasa Muslim di Mindanao. Sejak saat itu, Islam terus diterima secara luas oleh masyarakat Filipina Selatan. Dengan kata lain, Islam berkembang di Filipina tidak lama setelah menyebar di dunia Melayu.
Seperti halnya di nusantara, Islam memperkenalkan diri kepada masyarakat Filipina, khususnya Filipina bagian selatan dengan cara damai. Sehingga, Islam dapat diterima penduduk lokal sampai berkembang menjadi Kesultanan Sulu dan Mindanao.
Sebelum para pedagang dari Eropa sampai ke Filipina, orang-orang Muslim dari Arab telah lebih dulu berdagang sampai ke Filipina. Ratusan tahun sebelum Spanyol menjajah Filipina, masyarakat Filipina sudah mengenal dan memeluk agama Islam.
Kapal Spanyol yang dipimpin Ferdinand de Magelhaens berlabuh di Filipina pada ta hun 1521. Saat itu, di Filipina sudah berdiri Ke sultanan Sulu dan Mindanao. Banyak sumber mengatakan, Magelhaens adalah seorang penjelajah kelahiran Portugis yang memimpin ekspedisi Spanyol ke Hindia Timur.
Magelhaens yang memiliki keterampilan melaut dipilih Raja Charles I dari Spanyol untuk mencari rute ke Kepulauan Rempahrempah alias Kepulauan Maluku. Namun, tak lama setelah berlabuh di Filipina, Magelhaens tewas saat terlibat dalam peperangan dengan penduduk lokal. Kemudian, krunya kembali ke Spanyol.