REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri Syariah targetkan pertumbuhan bisnis sebesar 11-12 persen pada 2019. Direktur Utama Mandiri Syariah, Toni EB Subari menyampaikan dengan target pertumbuhan ini ia optimistis laba bersih bisa naik 50-60 persen.
"Kita optimis laba persih bisa tumbuh 50-60 persen, setelah tahun 2018 tumbuh 65 persen," kata Toni dalam paparan kinerja 2018 Mandiri Syariah, Senin (11/3).
Target pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2019 sebesar 10-11 persen. Penyumbang utamanya yakni kenaikan CASA atau dana murah yang diharapkan porsinya naik jadi 53-54 persen dari 50,8 persen pada 2018.
"Kita memang inginnya tabungan dan giro lebih besar daripada deposito," kata Direktur Keuangan dan Strategi Mandiri Syariah, Ade Cahyo Nugroho.
Selain itu, peningkatan pendapatan diproyeksikan akan berasal dari fee based income (FBI). Tahun 2018, FBI tumbuh tertinggi sebesar 19,40 persen menjadi Rp 1,1 triliun dari Rp 943 miliar.
Direktur Teknologi dan Operasi, Achmad Syafii mengatakan pertumbuhan pesat ini disumbangkan oleh transaksi e-channel yang naik 40 persen. Tahun 2018, Mandiri Syariah fokus perbaikan pada sektor ini.
"Maka capex digital 2018 akan meningkat jadi Rp 270 miliar dari Rp 190 miliar pada tahun lalu untuk pengembangan lebih lanjut," katanya.
Begitu juga dengan pembiayaan yang akan fokus pada sektor ritel daripada wholesale. Mandiri Syariah menargetkan pembiayaan ritel tumbuh 15-16 persen, sementara wholesale sebesar 9-10 persen.
Toni mengatakan tahun 2019, Perseroan fokus pada perbaikan dan pengembangan internal sehingga tidak akan ada rencana aksi anorganik. Termasuk tidak ada rencana untuk tambah modal meski tujuan utamanya adalah perkuat permodalan bank.