REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendirian negara Republik Indonesia (RI) tidak lepas dari peran besar tokoh-tokoh umat. Mereka tampil antara lain di gelanggang pergerakan nasional untuk memperjuangkan ideologi nasionalis Islam. Salah satunya, Prof KH Abdul Kahar Muzakkir.
Dia lahir di Kotagede, Yogyakarta, pada 1908, dan wafat pada 2 Desember 1973. Secara garis besar, sosok ini dikenang sebagai cendekiawan Muslim sekaligus pejuang nasional. Namanya juga diingat selaku perintis Universitas Islam Indonesia (UII). Pernah pula dia menjadi rektor yang memimpin kampus tersebut periode 1948-1960. Di level nasional, KH Abdul Kahar Muzakkir sempat duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sekilas Biografi
Masa kecilnya dihabiskan di Kotagede, Yogyakarta, dalam lingkungan dengan pengaruh Islam yang kuat. Seperti dijelaskan dalam Ensiklopedia Islam, Abdul Kahar Muzakkir memeroleh pendidikan agama dari orang tuanya.
Ayahnya merupakan seorang pengajar resmi di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Dia juga masih keturunan pengikut tarekat Syattariyah yang juga pernah berjuang di sisi Pangeran Diponegoro, Kiai Hasan Busyairi.
Abdul Kahar Muzakkir menempuh pendidikan dasar di sekolah Muhammadiyah Kotagede. Selanjutnya, dia meneruskan belajar ke Pesantren Jamseren di Solo dan Pesantren Tremas di Pacitan.
Saat berusia 17 tahun, pemuda ini berkesempatan melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Kairo, Mesir. Dia lulus dan meraih gelar akademis dalam banyak bidang, seperti hukum Islam, ilmu pedagogi, serta bahasa Arab dan Ibrani.
Kairo saat itu merupakan tempat berkumpulnya pemikiran-pemikiran progresif tentang kemajuan umat Islam global. Banyak mahasiswa yang tertarik dengan perkembangan gagasan pembaruan dalam Islam demi menghadapi tantangan zaman modern, terutama penjajahan yang mendera negeri-negeri mayoritas Muslim.
Di Mesir, Abdul Kahar Muzakkir mulai mendalami persoalan-persoalan reformisme Islam. Tidak hanya itu, dia kemudian aktif dalam pelbagai forum kemahasiswaan Indonesia setempat. Dia ikut mendirikan Jamiyyat Syubban al-Muslimin, suatu organisasi pemuda Islam yang akhirnya menerbitkan majalah Jurnal Seruan Azhar. Melalui media tersebut, pelbagai gagasan reformisme Islam disebarluaskan kepada masyarakat. Demikian pula, publik Arab mulai mengenal adanya gerakan kemerdekaan dari saudara-saudara sesama Muslimin di Indonesia.
Geliat nasionalisme saat itu menyebar di kalangan terpelajar Indonesia yang merantau ke luar negeri. Di Kairo, Abdul Kahar Muzakkir dan kawan-kawan mendirikan Perhimpunan Indonesia Raya pada 1933. Dia duduk sebagai salah seorang pimpinan di dalamnya sehingga turut serta sebagai utusan organisasi itu dalam berbagai konferensi Islam tingkat dunia. Inilah caranya antara lain untuk mempertajam kemampuan diplomasi.