REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Khudori menilai penerapan bea masuk nol persen kesepakatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) akan berdampak negatif pada sektor perternakan Indonesia. Kesepakatan ini dinilai akan memicu impor daging dan sapi bakalan asal Australia semakin deras memenuhi pasar nasional.
Menurutnya, pemerintah perlu membenahi sektor industri ternak sapi baik di tingkat penggemukan maupun produksi pakan. Sebab, dia menilai selama ini kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sektor ternak sapi masih kontra produktif. Salah satunya adalah kebijakan impor kerbau dari India yang sangat murah.
“Berdasarkan laporan dari survei yang asosiasi pedagang sapi lakukan pada 2017, terjadi penurunan pemotongan sapi di rumah potong hewan setelah kebijakan impor kerbau dari India itu dijalankan,” kata Khudori saat dihubungi Republika, Senin (11/3).
Dia mengatakan, kebijakan tersebut justru semakin membuat industri ternak sapi nasional mengalami disinsentif. Oleh karena itu, kata dia, adanya kebijakan tarif bea masuk nol persen harus diimbangi dengan kesiapan pemerintah dalam mengelola industri ternak dalam negeri.
Sebab menurutnya, selain kondisi ternak nasional masih belum diberi insentif yang cukup, industri ternak juga belum mampu mengimbangi kemampuan industri negara pengimpor sapi seperti Australia yang telah mapan secara industrial.