Selasa 12 Mar 2019 13:54 WIB

Pengaruh Sejarawan Muslim al-Mas'udi di Dunia Barat

Al-Mas'udi hidup pada era keemasan Dinasti Abbasiyah.

Red: Hasanul Rizqa
(ilustrasi) patung sejarawan al-masudi di sebuah museum di Vienna, Austria
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) patung sejarawan al-masudi di sebuah museum di Vienna, Austria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapasitas keilmuwan Abu Al-Hasan Ali Ibnu Al-Husain Al-Mas'udi tak hanya diakui di Dunia Islam. Peradaban Barat juga membenarkan kebesaran tokoh ini, khususnya dalam merintis historiografi modern.

Salah satu bentuk pengakuan masyarakat Barat terhadap Al-Mas'udi adalah dengan diterjemahkannya kitab Muruj Adh-Dhahab Wa Ma'adin Al-Jawahir ke dalam bahasa Prancis. Penerjemahnya bernama Societa Asiatique. Dia menggarap sebanyak sembilan volume kitab tersebut pada 1861-1877.

Baca Juga

Seabad kemudian, buah karya Al-Mas'udi direvisi Charles Pellat. Buku itu kemudian diterbitkan dalam lima volume oleh Universitas Lebanon, Beirut. Selain itu, Pellat juga merevisi terjemahan buku yang sama dalam bahasa Prancis. Pada 1989, dua penulis bernama Paul Lunde dan Caroline Stone menerjemahkan Muruj Adh-Dhahab Wa Ma'adin Al-Jawahir ke dalam bahasa Inggris.

Penerjemahan buku Al-Mas'udi ke dalam bahasa Prancis telah memberi pengaruh bagi intelektual Eropa. Tak heran jika Al-Mas'udi dikenal luas dan lekas mendapat tempat terhormat dalam peradaban Barat. Filsuf pemikir nasionalisme, Ernest Renan, misalnya, membandingkan Al-Mas'udi dengan penulis Yunani di abad kedua, Pausanius.