Selasa 12 Mar 2019 19:00 WIB

Kisah Dua Penumpang Ethiopian Airlines Lolos dari Maut

Kedua penumpang Ethiopian Airlines selamat karena terlambat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
PESAWAT JATUH. Salah seorang kerabat menghadiri upacara peringatan yang diadakan asosiasi pilot maskapai  Ethiopian Airlines di Addis Ababa, Senin (11/3).
Foto: AP Photo/Samuel Habtab
PESAWAT JATUH. Salah seorang kerabat menghadiri upacara peringatan yang diadakan asosiasi pilot maskapai Ethiopian Airlines di Addis Ababa, Senin (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Seorang pria Yunani mengatakan dia ketinggalan pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh di Addis Ababa. Pesawat sudah lepas landas dua menit ketika ia tiba di gerbang keberangkatan.

"Saya marah karena tidak ada yang membantu saya mencapai pintu keberangkatan tepat waktu," kata Antonis Mavropoulos ketika ia mengingat hari keberuntungannya.

Baca Juga

Penumpang lain juga mengatakan dia ketinggalan pesawat. Pesawat Boeing tujuan ke Nairobi itu jatuh enam menit setelah lepas landas pada Ahad (10/3).

Kecelakaan itu menewaskan 157 orang di dalamnya. Para korban berasal dari lebih dari 30 negara, termasuk 32 warga Kenya, 18 warga Kanada, dan tujuh warga Inggris.

Presiden lembaga nirlaba Solid Waste Association itu mengatakan dia awalnya marah karena staf tidak membantunya dan dia ketinggalan pesawat. "Saya memiliki penerbangan koneksi 30 menit dan penerbangan saya tiba tepat waktu. Perwakilan koneksi saya datang setelah saya meninggalkan pesawat," katanya tentang karyawan perusahaan yang seharusnya membawanya ke penerbangan berikutnya.

"Dia berusaha menemukan saya. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada perwakilan ini yang menyelamatkan hidup saya. Bagasi saya bersama dengan saya. Saya melihat penumpang terakhir di koridor," jelasnya.

Sebelumnya, dalam sebuah unggahan Facebook yang berjudul Hari Keberuntunganku, Mavropoulos mengatakan dia dimasukkan ke dalam penerbangan berikutnya ke Nairobi dan mengetahui tentang kecelakaan itu ketika dia dihentikan sebelum naik ke penerbangan berikutnya. Dia dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi ketika seorang petugas mengatakan kepadanya dia adalah satu-satunya penumpang yang tidak naik pesawat sesuai dengan tiket yang dipesan.

"Petugas itu mengatakan kepada saya untuk tidak protes, tetapi berdoa kepada Tuhan," katanya.

Polisi memeriksa identitasnya dan menanyai alasan dia tidak naik ke pesawat. "Wi-Fi di bandara terputus dan saya khawatir berita itu mungkin ada di internet dan TV Yunani. Saya mengirim pesan ke teman-teman karena saya tidak ingin keluarga saya bersedih," katanya.

photo

Mavropoulos dilaporkan sedang bepergian ke Nairobi untuk menghadiri sesi Program Lingkungan PBB. Dia mengatakan banyak temannya yang pergi ke konferensi berada dalam penerbangan itu.

"Semua orang di konferensi merasa hancur. Ini momen yang sangat menyedihkan bagi kami semua. Itu bisa terjadi pada siapa pun. Itu terjadi secara acak," katanya.  Setidaknya 19 korban berafiliasi dengan PBB.

Penumpang lain yang selamat adalah warga Dubai, Ahmed Khalid. Dia mengatakan melewatkan penerbangan lanjutan karena keterlambatan pada penerbangan pertamanya. Dia kemudian terbang ke Nairobi dengan pesawat selanjutnya.

"Semua orang bertanya kepada awak kabin apa yang terjadi, tetapi tidak ada yang mengatakan apa-apa. Mereka naik dan turun sampai salah satu penumpang melihat di ponselnya pesawat pertama yang baru saja terbang, sekitar enam menit setelah terbang, baru saja jatuh," katanya.

Ayahnya, yang menunggunya di Nairobi, mendengar berita itu dan langsung mengira putranya dalam penerbangan. "Saya terkejut tetapi tidak lama kemudian, putra saya menghubungi saya dan mengatakan dia masih di Addis dan tidak naik ke penerbangan itu," katanya.

photo
Ahmed Khalid bersama ayahnya di Bandara Nairobi. Foto: Reuters

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement