Rabu 13 Mar 2019 07:08 WIB

Kementan Identifikasi Kebutuhan Tani Milenial

Pemerintah menargetkan 4.000 kelompok tani dan ternak milenial yang terealisasi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Petani memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di areal persawahan Desa Dukuhwringin, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/11/2018).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Petani memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di areal persawahan Desa Dukuhwringin, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Bustanul Arifin mengatakan, pemerintah melakukan identifikasi kebutuhan tani kalangan milenial guna mendukung aktivitas produksi yang tepat sasaran. Identifikasi dilakukan diiringi dengan pemberian beberapa bantuan dan akses kepada bisnis pertanian dan ternak.

Pada 2019, pemerintah menargetkan sebanyak 4.000 kelompok tani dan ternak milenial yang akan terealisasi. Dengan target tersebut, kata dia, pihaknya menerapkan dua langkah utama guna menarik minat petani milenial ke dalam dunia tani serta bisnisnya, yakni modernisasi pertanian dan melakukan pembinaan sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan.

Baca Juga

“Kita akan inventarisasi, kebutuhan bantuan apa yang dibutuhkan. Kami siapkan program pembinaan, pemberian bibit gratis, atau pakan ternak sesuai hasil identifikasi,” kata Bustanul kepada Republika.co.id, di Cinagara, Kabupaten Bogor, Selasa (12/3).

Dengan terbukanya perjanjian kesepakatan dagang komprehensif antara Indonesia-Australia (IA-CEPA), pihaknya akan memanfaatkan potensi transfer pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) dari Australia. Sehingga hal itu, kata dia, dapat memberi keuntungan bagi Indonesia untuk memcau produktivitas hasil pertanian di tingkat nasional.

Dia menjelaskan, SDM pertanian harus dapat merespons kebutuhan zaman terlebih pemerinatah telah menargetkan swasembada pangan pada 2045. Untuk mencapai hal tersebut, kata dia, peran penyuluh pertanian akan dioptimalisasi untuk mendukung peningkatan SDM nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di Februari kemarin, bahan pangan mengalami deflasi sebesar 0,08 persen. Adapun andil deflasi sebagian besar disebabkan harga komoditas sayuran yang melimpah. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia-Australia dalam kurun beberapa tahun terakhir mengalami defisit perdagangan.

“Untuk itu, tahun ini kami optimistis SDM pertanian memiliki kompetensi yang kuat untuk mengimbangi impor,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement