Rabu 13 Mar 2019 01:25 WIB

Malaysia Izinkan Mantan Anggota ISIS Kembali Pulang

Anggota ISIS yang pulang ke Malaysia harus mematuhi pemeriksaan dan penegakan hukum.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
Militan ISIS pamer senjata.
Foto: Reuters
Militan ISIS pamer senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Seorang warga negara Malaysia, Lidia (29 tahun) mengungkapkan keinginannya kembali ke negara asalnya. Lidia adalah satu dari sejumlah warga negara Malaysia yang memutuskan bergabung dengan ISIS di Suriah.

Seperti dilansir di Aljazirah pada Selasa (12/3), Lidia baru saja mengirim pesan singkat pada ayahnya sejak empat tahun terakhir putus kontak. Lidia mengutarakan keinginannya untuk kembali ke Malaysia.

Baca Juga

Perempuan yang bekerja sebagai teknisi lab medis berbahasa Mandarin itu menghilang bersama bayi dan suaminya pada Oktober 2014. Lidia diketahui melakukan perjalanan diam-diam ke Suriah.

Ayah Lidia yang enggan disebutkan namanya mengatakan sekitar dua pekan lalu, Lidia mengirim pesan singkat bahwa dirinya telah meninggalkan wilayah Negara Islam Irak dan Levant (ISIL atau ISIS). Ayah Lidia tinggal di negara bagian selatan Johor, Malaysia. Lidia meminta ayahnya untuk membantu dirinya kembali ke Malaysia.

“Saya tidak pernah kehilangan harapan bahwa suatu hari Lidia akan memberi tahu saya bahwa dia ingin pulang," kata ayah Lidia.

Lidia adalah salah satu dari 13 warga Malaysia yang sekarang ingin pulang ke negaranya. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat memasuki tahap akhir penggempuran kantong ISIS di desa Baghouz, di Suriah timur.

"Kami berusaha membawa mereka pulang ... ya, itu termasuk Lidia. Tapi Anda tahu, situasinya sulit karena melibatkan banyak pihak dari berbagai negara," kata Kepala Kontraterorisme untuk Cabang Khusus, Badan Intelijen dari Polisi Malaysia, Ayob Khan Mydin Pitchay.

Beberapa negara berusaha melucuti kewarganegaraan mantan militan dan keluarga dari orang-orang yang bergabung dengan ISIS. Pun banyak negara yang berupaya mencegah mereka kembali ke negara asalnya.

Sementara Malaysia menyatakan akan mengizinkan warga negara kembali pulang dengan syarat bersedia mematuhi pemeriksaan dan penegakan hukum. Selain itu, Malaysia juga mensyaratkan kesediaan mantan anggota ISIS menjalani program rehabilitasi yang dikelola pemerintah.

"Tidak semua orang akan ditahan, tetapi semua orang yang kembali akan diinterogasi," ujar Ayob.

Ayob menegaskan pemerintah akan melakukan pemeriksaan dan investigasi menyeluruh pada setiap mantan anggota ISIS yang kembali. Pemerintah menyiapkan ulama dan psikolog untuk mengevaluasi ideologi dan psikologis mereka.

"Kami akan membandingkan intelijen yang kami terima dari layanan asing yang bersahabat. Jika ada bukti bahwa seorang migran yang kembali terlibat dalam kegiatan militan ISIS, ia akan dituntut di pengadilan," kata Ayob.

Hingga saat ini, 11 warga Malaysia telah kembali ke negara itu. Dari jumlah tersebut, sebanyak delapan orang didakwa di pengadilan dan dihukum dan semuanya berjenis kelamin pria. Sebanyak tiga lainnya adalah perempuan, dan dua anak berusia tiga dan lima tahun. "Wanita itu menjalani program rehabilitasi dan sekarang telah kembali ke kampung (desanya). Dia terus dipantau,” ujar Ayob.

Meskipun ISIS telah hancur di Irak dan Suriah, tetapi ada warga Malaysia yang masih mau berperang untuk kelompok itu.

"Kami mengawasi mereka. Mereka yang tidak bisa pergi ke Suriah, sekarang mengarahkan pandangan ke Mindanao di Filipina selatan, di mana kelompok-kelompok militan di sana memiliki hubungan dengan ISIS,” kata dia.

Sementara itu, saat ini sebanyak 51 warga Malaysia tetap berada di Suriah, termasuk 17 anak-anak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement