Rabu 13 Mar 2019 06:56 WIB

Venezuela Minta Diplomat AS Segera Pergi dalam 72 Jam

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh AS melakukan sabotase.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Kedutaan Besar AS di Caracas, Venezuela.
Foto: AP Photo/Howard Yanes
Kedutaan Besar AS di Caracas, Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela memerintahkan para diplomat Amerika Serikat (AS) untuk pergi dalam kurun waktu 72 jam, Selasa (12/3). Ini diberlakukan setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh AS melakukan sabotase yang membuat negara Amerika Selatan ini menjadi terpuruk.

"Kehadiran AS di tanah Venezuela para pejabat ini merupakan risiko bagi perdamaian, persatuan dan stabilitas negara," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Kepala Kejaksaan Tarek Saab mengatakan ia meminta Mahkamah Agung Venezuela pro-Maduro melakukan penyelidikan terhadap pemimpin oposisi, Juan Guaido. Rencana penyelidikan diterapkan karena Guaido berpartisipasi dalam dugaan sabotase.

AS telah memimpin dalam mengakui Guaido sebagai presiden sah Venezuela, setelah ketua kongres berusia 35 tahun itu menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada Januari. Guaido menyebut pemilihan ulang 2018 dengan terpilihnya Maduro sebagai penipuan, dan sebagian besar negara di Eropa serta Amerika Latin mengikuti langkah AS.

Dengan pemadaman listrik di hari keenam, rumah sakit berjuang menjaga peralatan tetap berjalan. Lalu makanan mulai membusuk di cuaca yang panas, dan ekspor dari terminal minyak utama negara itu ditutup.

Guaido bergabung dengan serangkaian demonstrasi oposisi kecil di sekitar Caracas pada Selasa sore. Mereka memprotes pemadaman listrik di mana ia mengejek penyelidikan jaksa.

"Jadi lelaki itu keluar dan mengatakan kita bersalah atas sabotase yang seharusnya ketika semua Venezuela tahu, ketika seluruh dunia tahu, siapa penyabot sebenarnya. Saya akan menyebut namanya, Maduro!" katanya sambil berteriak.

Menurut saksi mata dan media sosial, listrik telah pulih di banyak bagian negara itu pada Selasa. Beberapa daerah yang tidak memiliki listrik sejak Kamis pekan lalu, juga sudah menyala. Tetapi listrik masih padam di beberapa bagian ibu kota Caracas, dan wilayah barat dekat perbatasan dengan Kolombia.

Menteri Informasi Jorge Rodriguez mengatakan, listrik telah dipulihkan di sebagian besar negara itu. "Kami sedang mengonsolidasikan kemenangan rakyat Venezuela atas serangan ini," kata Rodriguez.

Julio Castro, dari organisasi kesehatan nonpemerintah mengatakan di Twitter pada Senin malam, 24 orang telah meninggal di rumah sakit umum sejak dimulainya pemadaman listrik. Ia menyebut pemadaman listrik kemungkinan memperburuk kondisi medis yang ada, tetapi tidak secara langsung menghubungkan kematian dengan pemadaman.

Para ahli menyatakan kepada Reuters, Pemadaman itu kemungkinan disebabkan oleh masalah teknis dengan jalur transmisi yang menghubungkan pembangkit listrik tenaga air Guri di Venezuela tenggara dengan jaringan listrik nasional.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement